Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Apa yang tertangkap mata ketika pertama kali calon pembeli melihat sebuah produk? Pasti kemasannya. Semakin menarik bungkusnya, semakin tertarik pula calon pembeli untuk memilikinya.
Sayangnya, biaya untuk membungkus produk dalam kemasan yang cantik tak murah. Kemasan berbahan alumunium foil yang bisa berdiri (standing pouch), misalnya, bisa diperoleh dengan harga Rp 500 - Rp 1.000 per unit. Sudah begitu, pabrik pengemasan menetapkan order minimal 60 juta unit. Akibatnya hanya perusahaan besar yang mampu membungkus produknya dengan standing pounch cantik.
Kondisi itu mengilhami Delli Gunarso asal Cengkareng, Jakarta Barat. Dia menawarkan jasa pembuatan kemasan standing pounch khusus untuk pengusaha skala kecil yang tak kuat mengorder kemasan dari pabrik. Pendeknya, dia memberi jalan bagi para pengusaha kecil untuk mengemas produknya secantik produk keluaran pabrik-pabrik besar.
Modal cukup Rp 3,5 juta
Delli bertutur, bisnis pengemasan yang dia jalani saat ini sebenarnya bermula dari kebutuhannya sendiri sebagai pedagang makanan kecil. Sebelumnya, dagangan Delli berupa emping, kacang sangrai, keripik kentang, bawang goreng, dan keripik balado, hanya dikemas dalam plastik biasa. Dia ingin dagangannya bisa tampil cantik dan modern. “Saat itu, produksi saya hanya untuk kebutuhan sendiri saja,” kata Delli. “Lama kelamaan, setelah produk saya banyak beredar di pasar modern, banyak yang tertarik pada kemasannya,” kata Delli.
Kini, meski baru lima bulan menjalankan bisnis packaging ini, Delli mengaku banyak industri kecil yang sudah memesan standing pouch kepadanya. “Puluhan industri kecil dan menengah dari berbagai daerah di Indonesia sudah menjadi mitra kami,” katanya, bangga.
Dia menyebut beberapa produk makanan yang memesan kemasan kepadanya, di antaranya produsen keripik ubi, kacang, dan abon ikan dari Jambi. Produsen kaca mete dari Kendari, produsen abon sapi Palu, serta produsen abon ikan dari Maluku juga memesan bungkus kepadanya. “Cara jualan kami baru sebatas dari mulut ke mulut,” kata Delli.
Kapasitas produksi Delli saat ini sekitar 150.000 kemasan per bulan. Itu masih jauh dari kebutuhan para pelanggannya. Untunglah, para peminatnya rela mengantre menunggu giliran pengiriman kemasan.
Sebenarnya harga kemasan buatan Delli tak beda dengan bungkus buatan pabrik, yakni antara Rp 500 - Rp 1.000 per biji, tergantung ukuran kemasan Cuma, ini bedanya, Delli mau menerima orderan dalam partai kecil. “Pengusaha cukup mengeluarkan Rp 1,5 juta, akan mendapatkan sekitar 2.000 hingga 4.000 kemasan,” kata Delli. Kecuali stiker merek produk, Delli sesumbar kualitas produknya tak kalah dengan produk sejenis bikinan pabrik.
Anda pikir bisnis Delli membutuhkan modal gede dan mesin canggih? Ternyata, ketika mengawali produksi kemasan untuk dia sendiri, Delli hanya bermodal Rp 3,5 juta. Modal itu dia pakai untuk membeli mesin sealer (perekat kemasan plastik) serta gunting. Sedangkan bahan baku plastik dan alumunium foil dibeli dari pabrik-pabrik.
“Tahapannya mudah, plastik dipotong sesuai ukuran, dilipat, kemudian rekatkan dengan sealer,” terang Delli. Sedang untuk merek atau stikernya, Delli memesannya di percetakan.
Delli mengatakan, saat ini sudah mempunyai tiga mesin sealer dengan karyawan delapan orang. Karyawan tersebut hanya bertugas untuk merekatkan kantong-kantong plastik tersebut. Sedang bagian melipat serta menempel stiker, ia serahkan pada ibu-ibu rumah tangga di sekitarnya. “Upah untuk melipat dan menempeli stiker masing-masing Rp 20 per kemasan,” kata Delli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News