kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.880.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.242   22,00   0,14%
  • IDX 6.914   16,59   0,24%
  • KOMPAS100 1.007   5,50   0,55%
  • LQ45 773   2,01   0,26%
  • ISSI 226   1,95   0,87%
  • IDX30 399   1,82   0,46%
  • IDXHIDIV20 462   1,17   0,25%
  • IDX80 113   0,60   0,53%
  • IDXV30 114   1,34   1,18%
  • IDXQ30 129   0,34   0,27%

Membungkus Laba dari Jualan Kemasan Produk


Jumat, 23 Mei 2008 / 11:46 WIB
Membungkus Laba dari Jualan Kemasan Produk


Sumber: KONTAN | Editor: Test Test

JAKARTA. Apa yang tertangkap mata ketika pertama kali calon pembeli melihat sebuah produk? Pasti kemasannya. Semakin me­narik bungkusnya, semakin ter­tarik pula calon pembeli untuk memilikinya.

Sayangnya, biaya untuk mem­bungkus produk dalam kemasan yang cantik tak murah. Kemasan berbahan alumunium foil yang bisa berdiri (standing pouch), misalnya, bisa diperoleh dengan harga Rp 500 - Rp 1.000 per unit. Sudah begitu, pabrik pengemas­an menetapkan order minimal 60 juta unit. Akibatnya hanya perusahaan besar yang mampu membungkus produknya de­ngan standing pounch cantik.

Kondisi itu mengilhami Delli Gunarso asal Cengkareng, Ja­karta Barat. Dia menawarkan jasa pembuatan kemasan stan­ding pounch khusus untuk pengusaha skala kecil yang tak kuat mengorder kemasan dari pabrik. Pendeknya, dia memberi jalan bagi para pengusaha kecil untuk mengemas produknya secantik produk keluaran pab­rik-pabrik besar.

Modal cukup Rp 3,5 juta

Delli bertutur, bisnis penge­masan yang dia jalani saat ini sebenarnya bermula dari kebu­tuhannya sendiri sebagai peda­gang makanan kecil. Sebelum­nya, dagangan Delli berupa em­ping, kacang sangrai, keripik kentang, bawang goreng, dan keripik balado, hanya dikemas dalam plastik biasa. Dia ingin dagangannya bisa tampil cantik dan modern. “Saat itu, produksi saya hanya untuk kebutuhan sendiri saja,” kata Delli. “Lama kelamaan, setelah produk saya banyak beredar di pasar mo­dern, banyak yang tertarik pada kemasannya,” kata Delli.

Kini, meski baru lima bulan menjalankan bisnis packaging ini, Delli mengaku banyak in­dustri kecil yang sudah meme­san standing pouch kepadanya. “Puluhan industri kecil dan me­nengah dari berbagai daerah di Indonesia sudah menjadi mitra kami,” katanya, bangga.

Dia menyebut beberapa pro­duk makanan yang memesan kemasan kepadanya, di antara­nya produsen keripik ubi, ka­cang, dan abon ikan dari Jambi. Produsen kaca mete dari Ken­dari, produsen abon sapi Palu, serta produsen abon ikan dari Maluku juga memesan bungkus kepadanya. “Cara jualan kami baru sebatas dari mulut ke mu­lut,” kata Delli.

Kapasitas produksi Delli saat ini sekitar 150.000 kemasan per bulan. Itu masih jauh dari kebu­tuhan para pelanggannya. Un­tunglah, para peminatnya rela mengantre menunggu giliran pengiriman kemasan.

Sebenarnya harga kemasan buatan Delli tak beda dengan bungkus buatan pabrik, yakni antara Rp 500 - Rp 1.000 per biji, tergantung ukuran kemasan Cuma, ini bedanya, Delli mau menerima orderan dalam partai kecil. “Pengusaha cukup menge­luarkan Rp 1,5 juta, akan men­dapatkan sekitar 2.000 hingga 4.000 kemasan,” kata Delli. Ke­cuali stiker merek produk, Delli sesumbar kualitas produknya tak kalah dengan produk sejenis bikinan pabrik.

Anda pikir bisnis Delli mem­butuhkan modal gede dan mesin canggih? Ternyata, ketika meng­awali produksi kemasan untuk dia sendiri, Delli hanya bermo­dal Rp 3,5 juta. Modal itu dia pakai untuk membeli mesin se­aler (perekat kemasan plastik) serta gunting. Sedangkan bahan baku plastik dan alumunium foil dibeli dari pabrik-pabrik.

“Tahapannya mudah, plastik dipotong sesuai ukuran, dilipat, kemudian rekatkan dengan se­aler,” terang Delli. Sedang untuk merek atau stikernya, Delli me­mesannya di percetakan.
Delli mengatakan, saat ini su­dah mempunyai tiga mesin se­aler dengan karyawan delapan orang. Karyawan tersebut hanya bertugas untuk merekatkan kantong-kantong plastik terse­but. Sedang bagian melipat serta menempel stiker, ia serahkan pada ibu-ibu rumah tangga di sekitarnya. “Upah untuk melipat dan menempeli stiker masing-masing Rp 20 per kemasan,” kata Delli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×