Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan relaksasi ekspor mineral selama masa pandemi covid-19 akan diberikan kepada perusahaan yang mengajukan permohonan relaksasi dan dianggap memenuhi ketentuan.
"Tergantung yang mengajukan untuk kuotanya dan maksimum sesuai batasan di peraturan perundang-undangan," kata Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Ditjen Minerba Kementerian ESDM Sugeng Mujianto kepada Kontan.co.id, Rabu (24/3).
Sejauh ini, tercatat PT Freeport Indonesia (PTFI) telah memperoleh rekomendasi kuota ekspor konsentrat tembaga untuk satu tahun ke depan.
Vice President Corporate Communication PT Freeport Indonesia (PTFI) Riza Pratama mengungkapkan pihaknya menyambut baik langkah pemerintah mengeluarkan izin ekspor untuk satu tahun ke depan. "Kuota ekspor 2 juta ton konsentrat, PTFI berkomitmen untuk terus memberikan nilai tambah bagi Indonesia dalam berbagai cara," ungkap Riza kepada Kontan.co.id, Selasa (23/3).
Dalam catatan Kontan.co.id, rekomendasi ini meningkat dari tahun lalu yang mencapai 1.069.000 wet ton konsentrat tembaga yang diberikan pada 16 Maret 2020 untuk satu tahun. Adapun sebelumnya pada tahun 2019 PTFI hanya mengantongi kuota ekspor sebanyak 746.953 wet ton konsentrat tembaga.
Baca Juga: Ini tanggapan pelaku usaha terkait kebijakan relaksasi ekspor mineral
Sementara itu, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) memastikan saat ini pengerjaan proyek Pabrik Feronikel Haltim yang telah mencapai kemajuan konstruksi sebesar 98%.
VP Corporate Secretary Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko mengungkapkan, saat ini Antam juga berfokus pada pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat. Kedua proyek smelter tersebut telah memenuhi target yang telah ditetapkan ESDM.
"Dalam hal pengembangan komoditas bauksit, saat ini ANTAM terus berfokus pada pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat bekerjasama dengan PT INALUM (Persero) yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGA per tahun (Tahap 1)," ujar Kunto kepada Kontan.co.id, Selasa malam (23/3).
Dengan capaian tersebut, Kontan.co.id mencatat ANTM mendapatkan persetujuan ekspor mineral logam untuk penjualan ekspor bijih bauksit tercuci dengan kadar Al2O3 =42% sebesar 1,89 juta wet metric ton (wmt) untuk periode 2021-2022.
ANTM, anggota indeks Kompas100 ini, ini memperoleh izin ekspor atas pelaksanaan proyek hilirisasi pabrik Smelter Grad Alumina Refinery (SGAR).
Kunto menyebut, izin ekspor mineral ini melengkapi izin ekspor bijih bauksit yang telah dimiliki ANTM sebelumnya, yakni sebesar 840.000 wmt atas kepemilikan pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) di Tayan.
Dia menambahkan, dengan adanya persetujuan ekspor mineral logam untuk penjualan ekspor bijih bauksit ini, akan memperkuat daya saing Aneka Tambang di pasar bauksit. “Hingga saat ini, Tiongkok merupakan negara yang menjadi tujuan ekspor bauksit ANTM,” kata Kunto kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.
Adapun, relaksasi ekspor yang diberikan Kementerian ESDM berlaku untuk 6 komoditas mineral antara lain konsentrat tembaga, konsentrat besi, konsentrat timbal, konsentrat seng dan konsentrat mangan serta konsentrat bauksit yang telah dilakukan pencucian (washed bauxite) dengan kadar Al2O3 > 42% (lebih dari atau sama dengan empat puluh dua persen).
Merujuk data BPS, produksi bauksit pada tahun 2019 lalu mencapai 16,59 juta ton atau meningkat drastis dari tahun 2018 yang sebesar 5,69 juta ton.
Sementara itu, produksi konsentrat tembaga mencapai 1,69 juta MT pada 2019 lalu atau lebih rendah dari tahun 2018 yang sebesar 2,30 juta MT.
Sementara itu, merujuk Rencana Strategis Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM, produksi konsentrat tembaga di tahun ini diprediksi mencapai 2,71 juta ton. Sementara konsentrat bauksit bahan mentah mencapai 27,83 juta ton dan bauksit yang diproses mencapai 7,24 juta ton.
Baca Juga: Pemerintah memberikan relaksasi rekomendasi ekspor untuk sejumlah komoditas mineral
Pelaksana Harian Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Djoko Widajatno mengungkapkan kebijakan pemerintah ini bakal membantu industri tambang dalam upaya penyelesaian smelter sembari memanfaatkan konsentrat yang telah diperoleh.
"Dapat memanfaatkan konsentrat yang sudah diperoleh dari proses pengolahan mineral , yang merupakan hasil hilirisasi di tambang, sambil menunggu pengembangan Industri Dasar yang merupakan penyerap barang setengah jadi dari tambang," kata Djoko kepada Kontan.co.id, Rabu (24/3).
Djoko menambahkan, kebijakan ini juga diperlukan mengingat terkendala nya sejumlah proyek smelter diakibatkan dampak bencana non alam yakni pandemi Covid-19.
Selanjutnya: Freeport kantongi rekomendasi kuota ekspor konsentrat tembaga untuk 1 tahun ke depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News