Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Keinginan pemerintah agar investasi asing mengalir deras rupanya tidak main-main. Bahkan Presiden Joko Widodo telah melakukan safari ke beberapa negara guna mengundang investor baru.
Walaupun hasil safari belum terlihat langsung, angin segar soal investasi sudah mengalir ke Indonesia. Di antaranya datang dari investor Jepang.
Ada investor yang menyampaikan komitmen untuk menambah investasi, ada pula investor yang baru melakukan tahap penjajakan terlebih dahulu.
Penjajakan ini dilakukan oleh Keidanren, salah satu organisasi bisnis ternama di Jepang. Keidanren merupakan merger dari dua asosiasi bisnis di Jepang, yaitu Japan Federation of Economic Organization dengan Japan Federation of Employers Association.
Asosiasi bersifat eksklusif ini memiliki sekitar 1.390 anggota dari perusahaan multinasional Jepang, dan 112 asosiasi industri nasional Jepang serta 47 organisasi ekonomi regional. Dengan membawa perwakilan ke Indonesia, Keidanren bersua dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) serta dengan Kementerian Perindustrian.
Perwakilan Keidanren yang datang ke Indonesia antara lain; Toray Industries, Mitsui Fudosan, Mitsubishi Corp, Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Marubeni Corp, East Japan Railway (JR East), Dai-Ichi Life Insurance, Asahi Group Holdings, Tokio Marine & Nichido Fire Insurance, Nippon Steel and Sumitomo Metal, Toyota Motor Corp, Toshiba Corp, Nomura Securities, ANA Holdings dan Teijin.
Saleh Husin, Menteri Perindustrian yang menjadi tuan rumah bilang, pihaknya menawarkan investor Jepang berinvestasi ke luar Pulau Jawa. "Kami mau membangun 14 kawasan industri di Luar Jawa," kata Saleh.
Adapun I Made Dana Tangkas, Head of Permanent Committee on Industrial Policy & Regional Empowerment KADIN, yang ikut pertemuan bilang, ada banyak peluang bisnis yang dilirik investor Jepang. "Untuk komponen otomotif misalnya, Indonesia belum banyak bisa bikin. Ini peluang mereka," ujar Made, yang juga Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).
Terlepas dari sektor mana yang dilirik, kedatangan Keidanren dipandang sebagai kesempatan memperbesar investasi Jepang di Indonesia. "Investor Jepang ibarat angsa terbang. Jika kepala angsa paling depan belok arah, yang lain ikut. Jika investor besar masuk ke Indonesia, yang lain akan ikut pula," kata Imam Haryono, Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian.
Christianto Wibisono, Pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia lewat artikel berjudul "Legacy Lee Kuan Yew Inc" yang diterbitkan KONTAN 30 Maret 2015 lalu, menjelaskan, Jepang menganut pola Japan Inc, yaitu persatuan kekuatan bisnis sesama perusahaan Jepang untuk menghadapi persaingan global. Pola bisnis ini dilakukan oleh kelompok Mitsubishi, Mitsui dan Sumitomo.
Christianto menilai, pebisnis Jepang cenderung mendorong perusahaan mereka bekerjasama atau incorporated dalam melakukan ekspansi global tak terkecuali di Indonesia. Tak heran, ketika ada 'angsa besar' mau investasi di Indonesia, otomatis 'angsa' lain akan ikutan.
Franky Sibarani, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) berharap, investor Jepang itu berinvestasi di sektor infrastruktur, pembangkit, barang substitusi impor dan industri berbasis ekspor. "Pengalaman mereka dibutuhkan di Indonesia," kata Franky.
Sepanjang tahun 2010-2014, investasi Jepang di Indonesia mencapai US$ 12,1 miliar dan menyerap lebih dari 424.000 tenaga kerja. Investasi Jepang terbanyak ada di sektor otomotif sekitar 50% atau senilai US$ 6,3 miliar. Sisanya di sektor baja senilai US$ 2,01 miliar, industri kimia US$ 798 juta, tekstil senilai US$ 481 juta, dan industri makanan senilai US$ 444 juta.
Tahun 2013, Jepang menjadi negara terbesar dalam realisasi investasi di Indonesia senilai US$ 4,7 miliar. Tapi, investasi Jepang turun tahun 2014 dan berada di urutan kedua dengan nilai investasi US$ 2,7 miliar.
Untuk tahun ini, BKPM menargetkan realisasi investasi Jepang mencapai US$ 3,42 miliar. Adapun komitmen investasi yang sudah diperoleh berasal dari sektor otomotif senilai US$ 2,6 miliar, yang terdiri dari US$ 1,6 miliar dari Toyota dan US$ 1 miliar dari Suzuki.
Untuk sektor lainnya, ada komitmen investasi senilai US$ 1,45 miliar dari sektor tekstil, baja, pengolahan perikanan, galangan kapal dan kelistrikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News