kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mendag bakal pangkas bea masuk gula dari Australia


Senin, 27 Februari 2017 / 21:00 WIB
Mendag bakal pangkas bea masuk gula dari Australia


Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Kunjungan Presiden Joko Widodo dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita ke Australia sepertinya bakal berdampak pada pasokan gula mentah di dalam negeri. Dalam perbincangan dengan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull, Enggartiasto berencana memangkas bea masuk gula mentah alias raw sugar dari semula 15% menjadi 5%.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemdag) Oke Nurwan mengatakan, ia belum mendapatkan arahan langsung mengenai rencana ini. “Belum pasti. Tapi rencananya akan ada trade off barang. Kita buka kesempatan, tapi belum jalan, karena kita minta mereka beli barang dulu dari kita,” kata Oke, Senin (27/2).

Oke mengatakan, bea masuk sebesar 5% setara dengan yang diterima negara-negara di ASEAN lain seperti Thailand yang menguasai 60% impor gula mentah. “Impor kebanyakan dari Thailand. Padahal kita tetap butuh tambahan, makanya kita buka kesempatan bagi Australia dapat bea masuk yang sama-sama 5%,” tuturnya.

Tahun lalu, kata Oke, impor gula mentah mencapai 600.000 ton dari total kebutuhan gula nasional sebesar 5,6 juta ton. Sementara, tahun ini pemerintah baru menerbitkan izin impor gula mentah sebesar 400.000 ton. “Belum tahu berapa kebutuhannya seluruhnya tahun ini,” katanya.

Pihak industri makanan dan minuman menyambut baik rencana ini. Pasalnya, pelonggaran ini bisa membantu pemenuhan kebutuhan bahan baku gula industri alias gula kristal rafinasi (GKR) dalam negeri yang nantinya akan mempengaruhi produksi makanan dan minuman. “Bagi industri makanan dan minuman tentu baik,” kata Adhi S Lukman, Senin (27/2).

Menurut Adhi, selama ini, pasokan gula mentah impor sebesar 60% dari Thailand, 30% dari Australia, lainnya dari Malaysia dan Brasil. “Dengan penurunan bea masuk ini komposisi dari Australia bisa naik,” kata Adhi.

Adhi menyebut, selama ini pasokan dari Thailand bisa lebih besar karena mendapat bea masuk yang lebih murah. Sehingga ini bisa menjadi kesempatan bagi Australia untuk meningkatkan jumlah gula yang diekspor ke Indonesia.

Selain itu, industri mamin bisa mendapatkan pilihan yang lebih banyak. “Dengan adanya penurunan dari Australia, tentunya pilihan sumber bagi industri lebih banyak sehingga bisa meningkatkan daya saing produk mamin Indonesia. Karena memang kita masih tergantung dari impor belum bisa disuplai dari dalam negeri untuk gula industri,” kata Adhi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×