Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - Kondisi perekonomian Indonesia saat ini ditanggapi beragam oleh berbagai kalangan. Ada yang bilang sedang melesu termasuk di sektor ritel. Namun ada pula yang beranggapan sebaliknya. Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita pun angkat bicara. Menurutnya, data yang ada tidak menunjukkan adanya penurunan daya beli yang memukul sektor ritel.
Berbicara dihadapan para pelaku ritel di acara Hari Belanja Diskon Indonesia (HBDI), Enggartiasto bercerita bahwa dari data yang dimilikinya menunjukkan grafik pertumbuhan yang baik.
"Saya mohon untuk tidak melemparkan pernyataan yang tidak didasari data, karena persepsi yang timbul dari statement tersebut bisa menimbulkan dampak yang tidak baik," ujarnya di Jakarta, Selasa (15/8).
Menurutnya sampai dengan semester I 2017, perusahan-perusahaan publik yang bergerak di sektor ritel justru mengalami pertumbuhan. Dari beberapa yang ada hanya ada satu yang mengalami penurunan penjualan. Namun dari sisi laba justru meningkat signifikan. Penurunan yang terjadi hanya di beberapa perusahaan yang tidak adaptif terhadap perkembangan zaman saja.
"Penurunan hanya beberapa toko saja, tapi semuanya meningkat. Mitra Adi Perkasa (MAP) saja meningkat pada ini saja sudah dibilang tergerus online. Matahari Putra Prima bersaing dengan Mataharimall.com kinerjanya naik, Ramayana Lestari Sentosa juga naik dan lainnya," lanjutnya.
Berdasarkan data Bloomberg, pendapatan PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI) di kuartal II 2017 sebesar Rp 4,09 triliun. Nilai tersebut tumbuh dari kuartal II 2016 yang sebesar Rp 3,61 triliun. Dibanding kuartal I 2017 yang sebesar Rp 3,61 triliun, pendapatan MAPI juga tumbuh.
Pendapatan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) di kuartal II 2017 sebesar Rp 2,38 triliun, naik dari kuartal II 2016 yang sebesar Rp 2,06 triliun. Dibanding kuartal I 2017 Rp 1,07 triliun, pendapatan RALS tampak tumbuh.
Untuk pendapatan PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) di kuartal II 2017 estimasi Bloomberg sekitar Rp 3,78 triliun, meningkat tipis dari kuartal II 2016 yang sebesar Rp 3,73 triliun. Jika dibanding kuartal I 2017 yang sebesar Rp 3,73 triliun, estimasi di kuartal II 2017 juga masih tumbuh tipis.
Oleh karena itu, dirinya meminta isu-isu mengenai penurunan daya beli ini harus dilihat kembali, apakah kasuistis atau lainnya. Sebab, bisa saja penurunan terjadi karena perusahaan atau pusat perbelanjaan mengalami comfort zone sehingga tidak melakukan perbaikan desain produk dan pelayanan yang berakibat ditinggalkan pengunjung.
Apalagi bila disandingkan dengan data yang dimiliki oleh kementerian dan lembaga lain, dirinya mengatakan optimisme perlu dibangun. Apalagi ritel merupakan muara dari bisnis yang ada, penjualan langsung ke masyarakat yang menjadi tulang punggu ekonomi bangsa.
"Data menunjukkan tabungan dan simpanan meningkat. Jadi ada spending meningkat dan kemampuan yang meningkat, ini juga dialami masyarakat menengah ke bawah," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News