Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Lamgiat Siringoringo
Gusti, Tim Pendamping Petani Kakao menyebutkan OPT yang banyak menyerang kakao di lahan sekitar yaitu hama Penggerek Buah Kakao (PBK). “Jika tidak dikendalikan, larva PBK mampu menyebabkan biji buah kakao saling lengket sehingga menyebabkan kualitas dan kuantitas produksi buah menurun hingga 70%. Kita lakukan sarungisasi biar ulatnya ga bisa masuk ke buah, kita aja disuruh pake masker, kakaonya jadi nya dimaskerin juga,” katanya.
Metode sarungisasi ini dilakukan saat buah masih sangat muda, pentil berukuran kurang lebih 8 cm. Dengan berbekal peralatan sederhana yang terdiri dari karet gelang, pipa paralon, dan plastik, metode sarungisasi ini dapat mencegah imago PBK meletakkan telur pada kulit buah kakao sehingga larva tidak akan menggerek ke dalam buah.
Kedua ujung plastik dilubangi agar udara dapat bertukar dan tidak lembab. Metode ini juga merupakan salah satu komponen PHT yang cenderung ramah lingkungan karena tidak menimbulkan residu kimiawi, resurgensi dan resistensi hama, serta sangat mudah dilakukan. Pemakaian plastik dapat berulang pada musim buah selanjutnya.
Usaha tidak akan mengkhianati hasil, buah kakao sebanyak lebih dari 1 ton/ha dapat dipanen dengan sukacita oleh Slamet beserta regunya. Harga kakao juga cenderung selalu bersahabat di angka Rp. 38.000,00 untuk kakao fermentasi, dan Rp. 20.000,00 untuk kakao non fermentasi.
Semangat RPO Gotong Royong ini patut diapresiasi karena dengan semangat bergotong royong mampu tetap menjaga kesehatan diri dan tanaman kakaonya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News