Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
Perseroan saat ini juga masih dalam proses pengembangan capability serta securing pekerjaan pesawat angkut militer dan explore untuk project lainnya. Pengembangan bisnis ke area non-aviasi juga terus di lakukan melalui peningkatan bisnis perawatan Industrial Gas Turbine Engine yang telah di miliki GMFI.
Karena menurut Wayan, potensi pasar untuk melakukan perawatan pada mesin – mesin turbin pada area pertambangan, minyak dan gas masih sangat luas. Kerja sama dengan OEM serta partner – partner lainnya diharapkan dapat meningkatkan volume bisnis ini.
"Saat ini proporsi pendapatan dari Industri Pertahanan maupun Non-Aviasi lainnya kurang dari 5% dari total pendapatan Perseroan dan ditargetkan untuk tumbuh sangat signifikan yang dapat menunjang Pendapatan Perseroan kedepannya," katanya.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, GMFI membukukan pendapatan US$ 191,83 juta pada kuartal III tahun ini atau menysut 48,37% dari periode yang sama tahun lalu. Rinciannya, pendapatan dari repair dan overhaul senilai US$ 133,98 juta turun 53,73% dari periode yang sama tahun lalu, pendapatan dari perawatan US$ 37,25 juta, dan operasi lainnya menyumbang US$ 20,59 juta.
Di lain sisi, beban pegawai Garuda Maintenance Facility Aero Asia meningkat 6,54% jadi US$ 94,04, beban subkontrak naik 6,74% jadi US$ 108,36 juta, beban penyusutan 35,45% lebih tinggi jadi US$ 18,11 juta, dan beban opersional lainnya juga meningkat 101,69% jadi US$ 84,65 juta. Hanya beban material yang mengalami penurunan 35,19% jadi US$ 64,82 juta.
Dengan demikian Garuda Maintenance Facility Aero Asia mencatat rugi periode berjalan sebesar US$ 160,54 juta, padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, emiten ini masih laba US$ 9,50 juta.
Meski demikian, menjelang tutup tahun, aktivitas penerbangan diprediksi masih akan menunjukkan tren positif. Hingga kuartal tiga kemarin, sektor bisnis line maintenance meningkat hingga 77% akibat meningkatnya volume penerbangan domestik maupun internasional terbatas.
“Masyarakat semakin sadar dengan protokol kesehatan, ekosistem dunia penerbangan Indonesia pun semakin adaptif terhadap penyesuaian-penyesuaian di masa pandemi ini, kami rasa dalam waktu dekat grafik kenaikan penumpang akan semakin meningkat. GMF akan bersiap terhadap hal tersebut dengan terus mengedepankan keamanan dan kebersihan armada customer kami,” imbuh Wayan.
Aktivitas penerbangan yang meningkat juga diharapkan dapat turut menggenjot perbaikan kinerja GMF dengan peningkatan work order pada perawatan yang berbasis flight hours. Untuk menjaga keberlangsungan bisnis selama masa pandemi, GMF menerapkan strategi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Untuk jangka pendek, Perseroan menerapkan strategi “cash is king” yang berfokus dalam pengelolaan likuiditas Perseroan serta optimalisasi sumber daya. Sedangkan strategi jangka menengah GMF akan berfokus kepada diversifikasi bisnis (“business diversification”). Strategi jangka pendek dan jangka menengah ini merupakan Langkah-langkah yang ditempuh oleh Perusahaan dalam menghadapi tantangan yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19.
Dalam pandangan jangka Panjang, GMF juga akan melakukan berbagai aksi korporasi untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis MRO, antara lain kerjasama dengan pihak ketiga/partner.
Selanjutnya: Garuda Indonesia wajibkan tamu yang berkunjung ke kantor sudah melakukan rapid test
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News