Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semakin banyak perusahaan yang mengumumkan kinnerja keuangan akhir tahun 20017. Di industri telekomunikasi, agar kinerja tetap terjaga, sebaiknya menghindari perang tarif. Tahun lalu memang sempat terjadi perang tarif data, setelah terjadi tren perpindahan konsumsi pelanggan dari voice dan SMS. "Saya melihat Telkomsel tidak ikut perang harga layanan data. Saya berharap strategi tersebut terus dipertahankan agar tidak menggangu kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom)," kata Andri Ngaserin, Head of Research PT Bahana Sekuritas dalam pernyataan tertulis, Jumat (23/3).
Gearing ratio PT Telekomunikasi Indonesia Tbk masih terbilang sangat rendah. Jadi, kemampuan ekspansi usaha di masa mendatang masih terbuka luas. Sementara pendapatan, EBITDA, dan net income Telkom di tahun 2017 masing-masing tumbuh 10,2%, 8,6% dan 14,4%. Telkomsel masih menjadi anak perusahaan andalan Telkom. Pendapatan, EBITDA dan net income Telkomsel di tahun 2017 masih dapat tumbuh. Pendapatan tumbuh dari Rp 86,72 triliun menjadi Rp 93,21 triliun, naik 7,5%.
EBITDA Telkomsel tumbuh dari Rp 49,78 triliun menjadi Rp 53,59 triliun, naik 7.7%. Sementara net income Telkomsel meningkat dari Rp 28,19 triliun menjadi Rp 30,39 triliun atau naik 7,8%.
Selain berpotensi menggangu kinerja keuangan Telkom, jika Telkomsel ikut perang harga maka akan berdampak langsung ke cash flow perseroan ini. Jika cash flow terganggu, dampaknya akan menggangu investasi. Efeknya bila perusahaan telekomunikasi tak memiliki kemampuan lagi melakukan investasi, mereka tak bisa mengikuti tren teknologi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News