kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.115.000   10.000   0,48%
  • USD/IDR 16.454   4,00   0,02%
  • IDX 8.025   67,48   0,85%
  • KOMPAS100 1.124   9,97   0,90%
  • LQ45 815   8,29   1,03%
  • ISSI 276   2,50   0,91%
  • IDX30 424   4,41   1,05%
  • IDXHIDIV20 490   3,80   0,78%
  • IDX80 123   1,15   0,94%
  • IDXV30 134   1,41   1,07%
  • IDXQ30 137   0,82   0,60%

Menperin Autokritik, Transformasi Digital & Adopsi Industri 4.0 Masih Lambat


Rabu, 17 September 2025 / 21:55 WIB
Diperbarui Rabu, 17 September 2025 / 23:17 WIB
Menperin Autokritik, Transformasi Digital & Adopsi Industri 4.0 Masih Lambat
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita membuka Indonesia 4.0 Conference & Expo 2025.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan autokritik terhadap adopsi dan penerapan konsep industri 4.0 pada sektor manufaktur.

Padahal, transformasi digital di sektor ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi sektor produksi, sehingga menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi di pasar domestik maupun global.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah mendorong transformasi digital pada sektor manufaktur sejak tahun 2018 melalui program industri 4.0. Namun sampai saat ini, hasilnya belum begitu memuaskan. Penerapan industri 4.0 masih belum luas pada industri di berbagai sub sektor.

Hal ini disebabkan sebagian industri masih memandang transformasi digital dinilai sebagai beban atau biaya (cost) dan bukan investasi untuk keberlanjutan industrinya.

“Indonesia sebagai negara besar dan negara yang kaya sumber daya alam belum dapat mengadopsi, menerapkan inovasi, untuk pertumbuhan ekonomi. Salah satu inovasi yang diharapkan diadopsi dan diterapkan pada sektor produksi adalah transformasi industri 4.0," ungkap Agus dalam keterangan tertulis yang disiarkan Rabu (17/9/2025).

Baca Juga: Kemenperin Susun Program Prioritas 2026: Hilirisasi, Ekspor dan Transformasi Hijau

Agus melakukan autokritik, dari sisi internal Kemenperin pun kurang inovasi dalam pengembangan dan penerapan industri 4.0 pada industri. Agus mengamini, internal Kemenperin harus terus mengevaluasi konsep industri 4.0 serta penerapan bagi industri serta pencapaian target dan outcome dari program ini.

Agus kemudian menyoroti konsep Gisco dalam transformasi industri hijau, yang secara konsep lebih mudah diterima pihak dalam ekosistem industri nasional. Data Indonesia dalam World Digital Competitiveness Ranking 2024 yang dirilis oleh International Institute for Management Development (IMD) menunjukkan bahwa Indonesia menempati posisi ke-43 dari 67 negara.

Posisi ini menunjukkan kenaikan dua peringkat dari tahun sebelumnya. “Walaupun Indonesia bisa naik dua peringkat, namun untuk tingkat digital competitiveness kita ini masih jauh dari memuaskan. Saya tidak puas dengan ranking ini. Kalau ranking 43 dari 120 negara, itu masih oke,” ujar Agus.

Dari tiga faktor utama yang diukur, salah satu yang paling menonjol adalah future readiness atau tingkat kesiapan suatu negara dalam memanfaatkan peluang digital. Aspek ini mencakup sikap adaptif, kelincahan bisnis, serta integrasi teknologi informasi yang semakin berkembang di tanah air.

Menperin juga menyoroti laporan Global Innovation Index (GII) 2024 yang dirilis World Intellectual Property Organization (WIPO). Indonesia menempati peringkat ke-54 dari 133 negara, serta berada di peringkat ke-8 di antara kelompok negara upper-middle income.

Dalam laporan tersebut, tercatat enam indikator Indonesia mengalami perbaikan dalam jangka pendek. Perbaikan itu meliputi publikasi ilmiah, investasi penelitian dan pengembangan (R&D), jumlah paten internasional, konektivitas digital, penggunaan robot, serta produktivitas tenaga kerja.

“Dari catatan ini, kami bisa pelajari negara-negara yang di atas peringkat kita, sehingga bisa menyusun kebijakan untuk mengejar peringkat yang lebih baik lagi. Untuk memperbaiki ranking tersebut, tentu masih banyak homework yang harus diselesaikan, dan banyak hal-hal yang harus dibenahi untuk mempercepat transformasi digital di sektor industri,” terang Agus.

Riset dan Transformasi Digital

Agus menegaskan, Kemenperin akan terus mendukung terciptanya ekosistem inovasi untuk mempercepat upaya adopsi teknologi digital sebagai fondasi penguatan sektor industri manufaktur. Dalam hal ini, Indonesia mesti mengembangkan riset ilmiah yang sejalan dengan inisiatif terkini dari para pelaku industri.

Dengan begitu, akan semakin banyak inovasi yang muncul untuk diusulkan ke Kemenperin dalam rangka penghargaan Rintisan Teknologi (Rintek). Adapun, pada tahun ini hanya ada tambahan 15 judul inovasi baru dari 15 perusahaan industri.

"Peningkatan Rintek ini sangat diperlukan agar Indonesia dapat membuktikan bahwa kreativitas di kalangan industri dapat tumbuh subur. Hal ini juga menjadi tanda bahwa ekosistem inovasi nasional semakin matang dan siap bersaing di tingkat global khususnya untuk produk manufaktur,” imbuh Agus.

Selanjutnya, Menperin menekankan bahwa digitalisasi menjadi katalis penting bagi terbentuknya ekosistem industri yang lebih cerdas, berkelanjutan, dan tangguh menghadapi disrupsi.

Baca Juga: Kemenperin Buka Suara Soal Badai PHK, Singgung Residu Kebijakan Relaksasi Impor

“Oleh karena itu, penguatan daya saing digital tidak hanya penting bagi sektor manufaktur, tetapi juga untuk pembangunan ekonomi nasional secara keseluruhan,” ujar Agus.

Berdasarkan laporan dari 29 perusahaan National Lighthouse Industri 4.0, digitalisasi telah memberikan dampak signifikan terhadap berbagai aspek kinerja industri pengolahan. Pada aspek speed-to-market, terjadi percepatan yang luar biasa mulai dari 2% hingga 600% dalam iterasi desain dan peluncuran produk.

Dari sisi agility, perusahaan mampu mengurangi waktu tunggu, mempercepat proses perubahan, dan meningkatkan ketepatan pengiriman dengan peningkatan antara 10% hingga 50%. Dari sisi productivity, peningkatan terlihat hingga 101% seiring dengan efisiensi biaya dan kenaikan efektivitas pabrik.

Tak hanya itu, transformasi digital juga memberikan dampak nyata pada kinerja finansial perusahaan dengan kontribusi peningkatan pendapatan antara 4% hingga 200%. Dari aspek customer experience, perusahaan berhasil meningkatkan keterlibatan pelanggan, mengurangi keluhan, serta mempercepat respons layanan dengan capaian 2% hingga 97%.

Baca Juga: Menperin Ungkap Potensi Industri Olahraga di Tengah Tren Gaya Hidup Sehat

Dari sisi sustainability, digitalisasi mendorong efisiensi energi, pengurangan konsumsi air, penurunan limbah, hingga pemangkasan emisi gas rumah kaca sampai 190%.

“Ini membuktikan adopsi teknologi digital bukan hanya mendukung pertumbuhan bisnis, tetapi juga berperan strategis memperkuat fondasi pembangunan ekonomi yang berdaya saing tinggi sekaligus berorientasi pada keberlanjutan,” tegas Agus.

Menperin pun mendorong agar industri nasional terus terus berinovasi. Tidak hanya untuk kebutuhan jangka pendek, tetapi juga berorientasi pada keberlanjutan, efisiensi energi, dan pemanfaatan teknologi digital seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan Big Data.

“Kebijakan ataupun program yang berpihak pada kepentingan dalam negeri akan terus kami optimalkan. Saya yakin, pencapaian target industri maupun ekonomi nasional akan berjalan lebih cepat," tandas Agus.

Selanjutnya: Tekan Penumpukan, Kota Padang Mendorong Masyarakat Memilah Sampah Dari Rumah

Menarik Dibaca: Hujan Lebat Turun Merata, Ini Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (18/9) di Jabodetabek

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×