kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.953.000   -3.000   -0,15%
  • USD/IDR 16.500   45,00   0,27%
  • IDX 6.828   -98,48   -1,42%
  • KOMPAS100 988   -16,47   -1,64%
  • LQ45 764   -13,30   -1,71%
  • ISSI 218   -2,39   -1,08%
  • IDX30 396   -7,05   -1,75%
  • IDXHIDIV20 467   -8,64   -1,82%
  • IDX80 111   -1,85   -1,64%
  • IDXV30 114   -1,16   -1,00%
  • IDXQ30 129   -2,13   -1,62%

Menperin Bantah Deindustrialisasi, Sodorkan Data MVA & Kontribusi Ekonomi Manufaktur


Kamis, 08 Mei 2025 / 08:52 WIB
Menperin Bantah Deindustrialisasi, Sodorkan Data MVA & Kontribusi Ekonomi Manufaktur
ILUSTRASI. Nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia pada tahun 2023 tembus US$ 255,96 miliar, yang merupakan capaian tertinggi


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita membantah terjadinya deindustrialisasi. Agus mengklaim industri manufaktur masih menjadi penggerak utama (prime mover) dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

Agus menyodorkan data Manufacturing Value Added (MVA) dan kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Berdasarkan data World Bank dan United Nations Statistics, papar Agus, nilai MVA Indonesia pada tahun 2023 menembus US$ 255,96 miliar, yang merupakan capaian tertinggi dari yang pernah diraih Indonesia.

Nilai MVA tersebut menempatkan Indonesia ke dalam 12 besar negara manufaktur dunia. Indonesia juga menjadi yang terbesar kelima di Asia, di bawah China, Jepang, India, dan Korea Selatan.

Baca Juga: Perkembangan Inovasi Industri RI Dinilai Bergerak Lambat Selama 3 Dekade Terakhir

Di kawasan ASEAN, nilai MVA Indonesia menjadi yang tertinggi, termasuk dibandingkan Thailand dan Vietnam. Agus bilang, tren MVA Indonesia terus meningkat sejak tahun 2019, kecuali saat masa pandemi Covid-19.

Agus pun mengklaim Indonesia setara dengan beberapa negara industri maju seperti Inggris, Rusia, dan Prancis.

“Rata-rata MVA dunia US$ 78,73 miliar, sementara Indonesia mencatatkan rerata historis sebesar US$ 102,85 miliar. Pencapaian ini mencerminkan struktur industri manufaktur nasional yang kuat dari hulu ke hilir,” terang Agus dalam siaran tertulis, Rabu (7/5).

Selanjutnya, Agus merujuk data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Sektor industri pengolahan non-migas mengalami peningkatan dalam kontribusinya terhadap perekonomian nasional, yang tercermin dari kinerja triwulan I-2025 sebesar 17,50%.

Capaian itu naik dibanding periode yang sama pada tahun 2024 sebesar 17,47%, dan lebih tinggi dari kontribusi sepanjang tahun 2024 yang berada di angka 17,16%. Begitu juga jika dibandingkan dengan triwulan II-2022 pasca-Covid 19, kontribusi ekonomi industri pengolahan non-migas memiliki tren meningkat sampai dengan triwulan I-2025.

“Berdasarkan analisis teknokratis kami terhadap data PDB IPNM per triwulan tersebut, ada tren peningkatan pada share PDB IPNM yang signifikan secara statistik,” ujar Agus.

Menurut Agus, ekonom dan pengamat pun perlu melihat lebih dalam data PDB Industri Pengolahan Non Migas (IPNM) atau PDB manufaktur pada triwulan II-2022 sejak pandemi Covid-19 berhenti melanda Indonesia hingga triwulan I-2025. 

“Jadi, patut dipertanyakan alasan yang mengatakan bahwa Indonesia sedang masuk atau sudah masuk ke dalam tahap deindustrialisasi. Itu salah, karena kita bisa lihat dari data yang ada, kinerja industri manufaktur masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi,” terang Agus.

Baca Juga: Ini Kata Kemenperin, Pelaku Usaha & Ekonom Soal Kontraksi Industri Manufaktur

Agus kemudian menekankan pentingnya kebijakan strategis, pro-bisnis dan pro-investasi untuk mendorong daya saing industri nasional. Agus bilang, Indonesia memiliki potensi besar untuk terus memperluas pangsa pasar global.

Terutama melalui peningkatan ekspor produk hilir bernilai tambah tinggi. Termasuk sektor industri makanan dan minuman, tekstil, logam, otomotif, serta elektronik. Agus pun optimistis sektor industri manufaktur akan terus menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional.

“Dari dua faktor saja, yakni MVA dan share terhadap PDB. Belum berbicara mengenai kinerja capaian investasi dan ekspor, serta penyerapan tenaga kerja manufaktur, itu dengan mudah bisa dipatahkan bahwa Indonesia tidak dalam fase deindustrialisasi,” ungkap Agus.

Sepanjang triwulan I-2025, realisasi investasi industri manufaktur mencapai Rp 179,7 triliun. Penanaman modal sektor manufaktur ini memberikan kontribusi 38,6% terhadap total nilai investasi seluruh sektor yang mengalir di Indonesia sebesar Rp 465,2 triliun pada triwulan I-2025.

“Ini menandakan  Indonesia masih menjadi negara tujuan utama bagi para investor dari sektor industri manufaktur. Oleh karenanya, kami sebagai pembina sektor industri turut memastikan bahwa investasi mereka dapat berjalan baik,” kata Agus.

Agus menambahkan, sejumlah investor skala global sudah menyatakan minatnya untuk menambah investasi di Indonesia. Komitmen ini contohnya disampaikan oleh para investor dari Korea Selatan yang tergabung dalam Federation of Korea Industry (FKI) saat bertemu dengan Menperin di Jakarta, belum lama ini.

Baca Juga: Industri Wait and See Efek Perang Tarif, Indeks Kepercayaan Industri April 2025 Turun

“Ada beberapa perusahaan Korea yang telah menyatakan akan melakukan ekspansi bisnisnya dan juga melakukan investasi dengan membuat pabrik baru. Mereka yang ingin membuka pabrik baru ini, karena selama ini mereka belum pernah menyiapkan fasilitasnya di Indonesia,” ungkap Agus.

Agus memastikan, pihaknya berkomitmen untuk segera menindaklanjuti berbagai masukan dari para investor pelaku industri di Indonesia. Dia juga memberikan apresiasi terhadap para pelaku industri yang telah menggelontorkan dananya di Indonesia.

“Apa saja yang mereka sudah sampaikan ke kami, memang perlu mendapat perhatian dari pemerintah, baik itu kebutuhan atau hambatan yang ada di lapangan. Sehingga mereka bisa lancar dalam menjalankan bisnisnya, bahkan bisa lebih berdaya saing,” tutup Agus.

Selanjutnya: Ukraina Pertimbangkan Peralihan dari Dolar ke Euro, Ini Penyebabnya

Menarik Dibaca: iPhone 13 Mini Harga Mei 2025 Bikin Jatuh Hati, Desain Ringan & Stylish

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×