Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
Keempat, penguatan integrasi hulu dan hilir. Arifin memaparkan demi mempercepat monetisasi yang timbul dari gap harga keekonomian hulu dan daya serap hilir maka pemerintah menyusun kebijakan penyesuaian harga gas. Langkah ini diklaim dapat berdampak pada tumbuhnya industri domestik.
Selain itu, Arifin memastikan saat ini pihaknya tengah menyusun kebijakan Grand Strategi Energi Nasional.
Terakhir, stimulus fiskal. Dia mengungkapkan kejayaan migas harus diakui telah berlalu. Oleh karenanya, saat ini Pemerintah disebut tidak lagi mengedepankan besarnya bagi hasil (split) untuk negara.
Baca Juga: Kementerian ESDM pastikan pengelolaan APBN utamakan transparansi dan akuntabilitas
"Tetapi lebih diarahkan mendorong agar proyek migas dapat berjalan melalui pemberian insentif bagi beberapa Plan of Development (POD) yang selama ini dinilai tidak ekonomis oleh kontraktor," jelas Arifin.
Asal tahu saja, berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), konsumsi minyak diperkirakan akan meningkat dari 1,66 juta bopd menjadi 3,97 juta bopd di tahun 2050 atau naik sebesar 139%. Sedangkan untuk konsumsi gas meningkat lebih besar lagi, dari 6 ribu MMSCFD menjadi 26 ribu MMSCFD pada tahun 2050 atau naik 298%.
Selanjutnya: Industri biodiesel dukung energi hijau untuk topang ekonomi di tengah pandemi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News