Reporter: Aprillia Ika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Siapa yang tidak menyukai pecel? Makanan khas daerah ini terkenal dengan ramuan aneka sayuran yang dibalur dengan saus kacang. Ya, saus kacang sebagai bumbu inilah yang menentukan nikmat tidaknya rasa pecel tersebut.
Nah, kini bumbu pecel kemasan sudah banyak dijual bebas mulai dari warung tradisional sampai di jaringan ritel modern. Bahkan, di beberapa kota di luar negeri, bumbu pecel kemasan ini bak obat kangen bagi warga Indonesia yang tinggal di sana.
Salah satu pengusaha yang berbisnis bumbu pecel kemasan adalah Himawati. Pengusaha wanita berumur 35 tahun ini sudah menggeluti pembuatan bumbu pecel sejak dua tahun silam di bawah bendera UD TYM. Walau baru seumur jagung, namun kelezatan bumbu pecel Himawati ini sudah terkenal sampai Hongkong. Tak heran jika dalam sebulan, mantan pedagang pakaian anak ini mampu meraup omzet Rp 21 juta.
Awalnya, Himawati mengaku iseng menjual bumbu pecel di sekitar rumahnya. "Resepnya warisan keluarga," ujar wanita bersuara tegas ini. Tak disangka, banyak yang menyukai bumbu pecel tersebut. "Itu sebabnya nama mereknya Cap Jempol, karena rasanya memang jempolan," tukasnya lagi.
Dari hari ke hari, permintaan akan bumbu pecel buatan Himawati pun terus merangkak naik. Bahkan, produksi bumbu pecel Himawati pernah menyentuh angka produksi 35 kilo per hari. Sayang, ketika krisis menghantam, produksi bumbu pecel Cap Jempol tersebut harus turun jadi 20 kilogram per hari.
"Untuk menjaga citarasa, produk saya selalu saya pasarkan dalam keadaan segar tak lama setelah dipesan. Makanya saya tidak mau masuk ke jaringan ritel modern," ujar Himawati berbagi rahasia.
Produk bumbu pecel Cap Jempol dijual Rp 35.000 per kilo atau Rp 3.500 per ons. "Dari tiap ons yang saya jual, hanya dapat untung Rp 400," lanjut pengusaha asli Surabaya ini. Namun, karena permintaannya banyak, maka keuntungan kecil tersebut jadi besar juga. Menurut Himawati, produknya terbilang mahal untuk rata-rata harga bumbu pecel di Surabaya, sebab dia lebih mementingkan kualitas produknya yang terbuat dari 100% kacang.
"Kalau yang lainnya bisa murah karena dicampur singkong. Sementara saya benar-benar pakai kacang kualitas nomor satu. Sehingga produk saya tahan sampai enam bulan," ujarnya bangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News