Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Konsolidasi atau merger antara dua perusahaan BUMN yakni PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II menjadi PT Angkasa Pura Indonesia, dinilai bakal membawa angin segar bagi industri penerbangan Tanah Air.
Pengamat BUMN dari Datanesia Institute Herry Gunawa menyambut baik aksi merger yang dilakukan dua entitas BUMN tersebut. Pasalnya ini bakal membuat standarisasi layanan semestinya akan lebih baik dan tidak ada ketimpangan.
“Peluang pengembangannya pun akan lebih besar. Dengan bergabung, valuasi perusahaan akan semakin besar. Apalagi pada tahun buku 2023 kinerja keduanya sudah positif dan seharusnya akan lebih efisien,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (9/9).
Namun demikian, Herry memiliki sejumlah catatan terhadap hadirnya PT Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports. Pertama, kata Herry, sebaiknya entitas angkasa pura itu berdiri sendiri, jangan digabung dengan InJourney.
“Pengelolaan bandara itu perusahaan yang strategis, nggak bisa digabung dengan hotel dan ritel,” terangnya.
Baca Juga: Sah! AP I dan AP II Gabung Jadi PT Angkasa Pura Indonesia
Kedua, lanjut Herry, proses konsolidasi di induk perusahaan ini juga perlukan diterapkan pada perusahaan anak. Menurutnya, unit usaha yang telah terbentuk jangan sampai masuk ke sektor yang telah digarap oleh perusahaan swasta sebab akan mematikan dunia usaha.
“Banyak sektor di seputar bandara yang digarap swasta menengah ke bawah seperti bisnis regulated agent. Mereka mestinya didukung,” imbuhnya.
Sementara itu, Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto menyatakan hal yang sama bahwa penggabungan dua perusahaan BUMN ini adalah langkah yang positif.
“Merger ini, seperti yang sudah dikerjakan di Pelindo, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Dari mana sumber efisiensi? Dengan line of business yang serupa, maka aspek procurement dan logistik bisa disatukan,” katanya kepada KONTAN.
Toto menerangkan, dengan merger ini fungsi lainnya juga bisa disatukan seperti fungsi Resource dan Development. Menurutnya, efisiensi ini bisa ditingkatkan dalam jangka pendek sebagai program percepatan dari reformasi birokrasi ini (quick win project).
“Dengan menjadi satu entitas, maka bargaining position secara finansial dan komersial juga meningkat. Aspek pendanaan buat PT Angkasa Pura Indonesia bisa menjadi lebih kuat,” pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN, Erick Thohir mengatakan, peleburan dua perusahaan ini agar Indonesia bisa bersaing dengan menekan biaya logistik dan kemudahan untuk bertransportasi.
Menurutnya, merger antara AP I dan AP II ini mencontoh dari apa yang telah dilakukan pada PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo yang dahulu terpisah.
“Nah sama ini angkasa I II jadi Angkasa Pura Indonesia. Jadi isu layoff (karyawan) tidak ada, justru ini isu pengembangan, ini kita mengelola 37 bandara di mana akan menjadi satu sistem pelayanan,” ujarnya saat konferensi pers di Jakarta, Senin (9/9).
Erick menjelaskan, berkaca dari bandara-bandara di luar negeri, pengelolaan bandara saat ini bukan hanya untuk transportasi saja melainkan mampu membangun sebuah ekosistem baru untuk meningkatkan penghasilan.
“Jadi kalau kita lihat di Singapura memang airport ini menjadi pusat kehidupan manusia. Kita akan memperbaiki bisnis model, income non aero-nya bisa terus meningkat,” jelasnya.
Baca Juga: AP1 Catatkan 1 Juta Pergerakan Penumpang Selama Libur Idul Adha 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News