kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Meski harga global tinggi, petani kopi tetap gigit jari


Senin, 07 Maret 2011 / 06:00 WIB
Meski harga global tinggi, petani kopi tetap gigit jari
ILUSTRASI. Aplikasi Mobile Banking Maybank2U


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Harga kopi dunia terus merangkak naik di bulan-bulan awal 2011. Di Bursa NYSE Liffe London misalnya, harga kopi robusta pengiriman Mei 2011 akhir pekan lalu (4/3) sudah mencapai US$ 2.390 per metrik ton. Padahal, harga rata-rata pada Januari lalu masih di kisaran US$ 2.127 per metrik ton. Tingkat harga tersebut merupakan rekor harga tertinggi dalam 14 tahun terakhir.

Harga kopi arabica juga terus melambung. Di Tokyo Grain Exchange (TGE), harga kopi arabica pengiriman Mei 2011 per Senin (7/3) mencapai ¥ 37.500 per karung (1 karung=60 kg). Padahal, pada Januari lalu, harga rata-rata kopi arabica masih di angka ¥ 33.182 per karung.

Terus melambungnya harga kopi itu disebabkan kekhawatiran akan terbatasnya pasokan akibat kekeringan yang melanda beberapa negara produsen kopi. Di Vietnam misalnya, ratusan hektare perkebunan kopinya terancam gagal panen akibat musim kemarau yang berkepanjangan.

Uganda, eksportir terbesar kedua di Afrika setelah Ethiopia, juga mengalami nasib serupa. Kekeringan telah membuat ekspor kopi pada Februari lalu turun 26% menjadi hanya 193.965 karung. Padahal, pada bulan-bulan sebelumnya, negara itu bisa mengekspor 262.793 karung.

Di sisi lain, permintaan kopi dunia terutama dari negara-negara di kawasan Eropa terus meningkat. Benoit Fromaget, Kepala Desk Perdagangan Kopi, Freework LLP U.K. yang berbasis di Jenewa, Swiss, mengatakan konsumsi kopi dunia tumbuh lebih cepat dibandingkan produksinya. Inilah yang kemudian membuat harga kopi terus merangkak dalam beberapa waktu terakhir.

"Persediaan global terkikis secara cepat, dunia membutuhkan produksi yang lebih banyak untuk memulihkan persediaan kopi," ujarnya seperti dikutip Bloomberg, pekan lalu.

Petani gigit jari

Namun, kenaikan harga kopi di bursa global, ternyata tidak begitu dinikmati petani lokal. Sabam Malum, Ketua Forum Kopi Sumatera Utara mengatakan, harga kopi di tingkat petani memang ikut naik dalam 2 bulan terakhir. Harga kopi arabica misalnya sudah mencapai Rp 20.000 per kg, naik dari 2-3 bulan lalu yang masih di kisaran Rp 13.000-Rp 14.000 per kg. "Meski begitu, harga sekarang masih belum ideal," ujarnya kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Sabam bilang, harga kopi yang ideal bagi petani minimal Rp 25.000 per kg. Hitungannya seperti ini, dalam proses memetik dan menguliti, petani mesti mengeluarkan biaya Rp 12.000-Rp 14.000 per kg. Ini belum ditambah biaya pemeliharaan pohon dan juga pemberian pupuk. "Jadi, harga kopi seperti sekarang baru cukup menutupi biaya saja, petani belum untung," tegas Sabam.

Kenyataan ini diperparah dengan serangan hama pengerek buah kopi (PBKo) yang kian ganas, sehingga menggerus produksi kopi. Dalam hitung-hitungan Sabam, serangan PBKo bisa menggerus 31%-92% produksi kopi petani. Contohnya, dalam 100 biji kopi, hama PBKo bisa merusak 31-35 biji kopi. "Bahkan, di wilayah seperti Samosir dan Simalungun bisa 92 biji kopi yang diserang PBKo," ujarnya.

Sabam memprediksi, hama ini bakal kian mengganas pada musim kemarau yang biasanya jatuh pada Maret - Juli ini. Terlebih, sebagian besar pohon kopi di Sumut berusia lebih dari 10 tahun sehingga sangat rentan diserang hama. "Ini bisa membahayakan produksi kopi kita," kata Sabam.

Gamal Nasir, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian mengakui, serangan hama itu telah menggerus produksi kopi nasional. Tahun lalu, produksi kopi turun 12,09% menjadi 600.000 ton, dari tahun 2009 yang sebanyak 682.591 ton. "Serangan hama dan curah hujan yang tinggi menjadi penyebab utama penurunan itu," ujarnya kepada KONTAN.

Pemerintah sudah mengupayakan beberapa strategi untuk mengantisipasi masalah itu. Gamal bilang, untuk jangka pendek, pihaknya sudah mengupayakan peningkatan, pengendalian dan bantuan agro input bagi petani. Untuk jangka panjang, kementan bakal menggenjot program rehabilitasi dan peremajaan dengan klon-klon unggul. "Karena itu, kita mengestimasikan produksi kopi tahun ini sebesar 709.000 ton," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×