kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Minim regulasi, penelitian soal produk rendah risiko perlu digencarkan


Jumat, 07 Agustus 2020 / 21:00 WIB
Minim regulasi, penelitian soal produk rendah risiko perlu digencarkan
ILUSTRASI. Pekerja meracik cairan rokok elektronik (vape) di industri kawasan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (26/11/2019). Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia akan mendorong pembuatan good manufacturing proccess terkait proses produksi cairan nikotin murni


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam satu dekade terakhir, patut disayangkan bahwa Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia yang mengalami peningkatan prevalensi merokok dengan rata-rata 0,3% per tahun dari tahun 2005 sampai 2018.

Sedangkan negara-negara Asia lainnya tidak mengalami peningkatan atau bahkan berhasil menurunkan prevalensi merokok. Apa yang bisa dipetik dari keberhasilan negara-negara ini?

Menurut data prevalensi merokok World Health Organization (WHO), angka prevalensi perokok pria dewasa Indonesia tertinggi di dunia sebesar 76,2%. Sementara itu data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi merokok di Indonesia adalah 28,9% untuk orang yang berusia lebih dari 10 tahun atau hampir setara dengan 70 juta perokok.

Sejumlah kalangan ahli mendorong agar penelitian terkait Produk Nikotin Alternatif (Alternative Nicotine Delivery System / ANDS), seperti rokok elektrik atau vape, terus digencarkan.

Baca Juga: Pelaku usaha sambut baik potensi diversifikasi produk tembakau dengan proses ekstrasi

Pasalnya, penelitian dibutuhkan guna memberikan masukan untuk kebijakan dan edukasi bagi masyarakat utamanya perokok dewasa agar dapat menemukan alternatif dari rokok konvensional.

Dalam sebuah diskusi yang diadakan Tempo, Kamis (30/7), pakar kesehatan masyarakat seperti David Sweanor, Prof. Tikki Pangestu, dan Prof. Ali Ghufron membahas tentang “Apa yang Dikatakan Peneliti tentang Alternatif Merokok?”

Dalam acara tersebut para pakar berbicara tentang bagaimana bukti ilmiah dan penelitian harus menjadi dasar dalam mengatur produk nikotin alternatif.

“Kita dapat membuat perubahan yang nyata untuk banyak orang dengan cara memanfaatkan teknologi dan ilmu pengetahuan yang ada,” ujar David Sweanor, Ketua Dewan Penasihat, Pusat Hukum Kesehatan, Kebijakan dan Etika, Universitas Ottawa, Kanada.

Sweanor mencontohkan di negara-negara seperti Islandia, Norwegia, Swedia dan Jepang, konsumen dapat beralih ke alternatif selain rokok konvensional ketika  pilihan tersebut tersedia.

Sweanor menambahkan, penelitian yang mendasari setiap informasi tentang ANDS amat penting dilakukan untuk memberikan informasi faktual kepada masyarakat bahwa produk-produk alternatif berpotensi mengurangi risiko yang disebabkan merokok. .

“Kita punya kesempatan melalui sejumlah terobosan. Kita punya teknologi, regulasi serta ilmu pengetahuan yang akan membawa perubahan besar ke arah yang lebih baik,” katanya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×