Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Azis Husaini
JAKARTA. PT Mitra Investindo (MITI) membidik produksi batu granit mencapai 2 juta ton pada tahun 2013 ini. Jumlah tersebut meningkat hingga 25% dibandingkan dengan rata-rata produksi yang mencapai 1,6 juta ton per tahun.
Diah Pertiwi Gandhi, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Mitra Investindo mengatakan, untuk meningkatkan kapasitas produksi, pihaknya menyiapkan investasi mencapai US$ 1,5 juta tahun ini. "Investasi tersebut akan kami gunakan untuk pembelian mesin baru, sehingga produksi kami bisa meningkat hingga 30% dibandingkan tahun lalu," kata dia, akhir pekan lalu.
Mitra Investindo mulai memproduksi pertambangan batu granit di Bintan, Kepulauan Riau sejak 2009 silam. Perusahaan tersebut mengakuisisi lahan pertambangan milik Antam seluas 63,72 hektare (ha) yang memiliki jumlah cadangan terbukti sekitar 12,3 juta ton granit.
Sepanjang periode Januari-Maret 2013, perusahaan tersebut berhasil memproduksi batu granit sebesar 371.959 ton. Jumlah itu naik 4,4% dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 356.375 ton.
Pada kuartal I-2013, perusahaan ini juga membukukan pendapatan sebesar Rp 33,7 miliar atau naik 20,7% dibandingkan dengan pendapatan di kuartal I-2012 sebanyak Rp 20,7 miliar. Sedangkan laba bersih sebanyak Rp 9,7 miliar atau meningkat sebesar 110% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak Rp 4,6 miliar.
Sebagai catatan, pada tahun 2012, perusahaan milik Edward Soeryadjaya ini mampu menjual batu granit sebanyak 1,62 juta ton. Jumlah tersebut lebih besar 3,8% dibandingkan dengan realisasi penjualan di tahun sebelumnya yang sebesar 1,56 juta ton.
Alhasil, pendapatan perusahaan milik Edward tersebut meningkatkan. Tahun lalu, pendapatannya sebanyak
Rp 150,8 miliar, atau meningkat 8,5% dibandingkan dengan pendapatan tahun 2011 yang sebesar Rp 139 miliar.
Diah mengharapkan, peningkatan produksi pada tahun ini, pendapatan MITI meningkat sebesar 30% atau menjadi Rp 196 miliar. "Dengan penambahan mesin baru, kami akan memiliki empat mesin dari sebelumnya tiga mesin yang sudah beroperasi," katanya.
Menambah cadangan
Menurut Diah, sejak pertengahan tahun lalu, perusahaannya tidak lagi menjual batu granit untuk kebutuhan pasar ekspor. Hal tersebut terjadi setelah penerbitan Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Produk Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral.
Dian mencontohkan, pada tahun 2012, dari penjualan batu granit sebanyak 1,62 juta ton hanya 7% yang diekspor ke Singapura dan Jepang. Padahal, di tahun-tahun sebelumnya, komposisi penjualan batu granit secara ekspor mencapai 30%, dan sisanya sebesar 70% dijual ke pasar dalam negeri.
Meski demikian, pihaknya optimistis permintaan komoditas ini di dalam negeri cukup pesat seiring pertumbuhan konstruksi properti dan jalan di Tanah Air yang kian tinggi. "Perusahaan konstruksi yang membeli batu granit kepada kami antara lain PT Wijaya Karya dan PT Nindya Karya," ujar Diah.
Semasa 2009 hingga Maret 2013, perusahaan ini juga telah memproduksi batu granit sebesar 4,47 juta ton. Alhasil, sisa cadangan dari areal pertambangan di Bintan hanya mencapai 7,6 juta ton atau hanya bisa berproduksi hingga empat tahun ke depan.
Diah bilang, dalam beberapa tahun terakhir, pihaknya sedang gencar mencari areal pertambangan baru untuk menambah cadangan batu granit. Tahun 2012 lalu, Mitra Investindo juga mulai menjajaki untuk mengakuisisi areal pertambangan batu granit di Pulau Karimun.
Namun, menurut Diah, rencana akuisisi tersebut diproyeksikan juga belum bisa rampung tahun ini. Sehingga, pihaknya tidak menyiapkan secara khusus dana ekspansi. "Kami juga akan mencari areal pertambangan baru untuk menambah cadangan perusahaan," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News