Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Bisnis properti yang masih menggeliat tahun ini membuat produsen keramik dan kaca, PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA), menargetkan kinerja positif sampai akhir tahun ini.
Hendra Heryadi Widjonarko, Direktur PT Mulia Industrindo memproyeksikan, pertumbuhan pendapatan tahun ini sekitar 9% dari pendapatan 2012 yang sebesar Rp 4,58 triliun. "Sampai akhir tahun ini, kami menargetkan penjualan sebesar Rp 5 triliun," katanya, Selasa (28/5).
Namun Hendra mengakui, persaingan bisnis produk kaca dan keramik di pasar domestik semakin ketat hingga muncul inovasi yang kerap dilakoni para pebisnis industri ini.
Mulia juga sudah menyiapkan langkah untuk bisa bersaing di pasar domestik. Salah satunya dengan mengeluarkan produk kaca berwarna untuk gedung bertingkat atau kaca reflektif.
Menurut Hendra, margin keuntungan dari produk kaca reflektif lebih besar ketimbang kaca lembaran biasa. "Kami luncurkan secara bertahap, mulai dari warna biru tua hingga hijau. Targetnya bisa terjual 8.000 ton-10.000 ton tahun ini," jelasnya.
Adapun untuk produk kaca pengaman otomotif, Mulia akan mendapat tambahan order kaca otomotif untuk proyek mobil murah ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC) yang aturannya belum kunjung terbit. Kaca ini akan disematkan di Toyota Agya dan Daihatsu Ayla.
Bila proyek LCGC ini berjalan, Mulia, menurut Hendra akan memasok sekitar 50%-60% kebutuhan kaca pengaman otomotif bagi dua mobil kembar besutan Grup Astra tersebut.
Hendra pun optimistis volume penjualan kaca pengaman otomotif sampai akhir tahun ini bisa tembus 500.000 meter persegi (m²) atau terdongkrak 16,3% dari tahun lalu yang sebesar 429.100 m².
Khusus Produk yang lain, yakni keramik, Mulia memproyeksikan penjualan naik 3,5% tahun ini menjadi 80 juta m² dari penjualan tahun lalu yang sebesar 77,3 juta m². Caranya adalah dengan memperbanyak penjualan produk keramik cetak (printing) yang makin banyak digemari industri properti. Selain keramik cetak, permintaan produk keramik secara umum saat ini memang sedang naik. Alhasil, stok produk keramik di pabrik Mulia cepat tipis.
Selain itu, faktor kenaikan harga keramik 8% secara bertahap tahun ini juga menjadi faktor pemicu kenaikan pendapatan Mulia di tahun ini.
Direktur Keuangan Mulia, Henry Bun menambahkan, supaya target bisnis tercapai, Mulia sudah menyiapkan belanja modal US$ 50 juta untuk merevitalisasi perlengkapan operasional Mulia. Misalnya, mengganti tungku pembakaran yang sudah berusia 15 tahun dan mesin produksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News