Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Petani jagung siap menyambut musim hujan yang diprediksi maju tahun ini. Namun, mereka tetap mengantisipasi ketidakpastian iklim yang terjadi beberapa tahun terakhir, sehingga bantuan pemerintah diharapkan lebih tepat sasaran.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat sebagian besar wilayah Indonesia tahun ini telah memasuki musim hujan sejak bulan Agustus, meski dengan intensitas yang tak menentu.
Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) menilai, majunya musim hujan menjadi berkah tersendiri bagi petani, tetapi hanya jika curah hujan berjalan normal. Dengan kondisi itu, lahan yang sudah diolah petani siap ditanami, bahkan membuka peluang adanya musim tanam kedua.
“Kalau curah hujannya normal, musim hujan lebih cepat justru membawa berkah. Petani bisa tanam lebih awal dan masih ada jaminan curah hujan cukup untuk tanam kedua,” ujar Ketua Umum APJI Sholahuddin kepada Kontan, Minggu (14/9/2025).
Baca Juga: AP5I Wanti-Wanti Dampak Kasus Udang Radioaktif Terhadap Ekspor Perikanan Indonesia
Namun, ia mengingatkan ketidakpastian iklim dalam beberapa tahun terakhir sempat merugikan petani.
Dua tahun lalu, curah hujan yang tidak menentu membuat banyak petani harus menanam ulang hingga dua sampai tiga kali akibat tanaman mati kekurangan air. Pasalnya, hujan sempat turun dalam satu waktu, yang mana mendorong petani mulai menanam, tetapi kemudian hujan tak turun untuk waktu yang panjang setelahnya.
Hal itu memicu pembengkakan biaya produksi, terutama untuk benih dan tenaga kerja. Dalam kondisi ini, Sholahuddin menilai bantuan benih dari pemerintah belum sepenuhnya menjawab kebutuhan petani di lapangan. Pun, petani di lapangan cenderung memilih membeli benih sendiri, meski harganya lebih mahal.
Ia menjelaskan bahwa saat ini benih premium harganya berada dalam rentang Rp 110.000 – Rp 150.000 per kg, sedangkan benih bantuan pemerintah sebesar Rp 60.000 per kg.
Hitungan kasarnya, jika per hektar dibutuhkan 20 kg benih, modal yang dibutuhkan petani kisaran Rp 3 juta. Nah, jika hasil tanam bisa meningkat satu ton saja dengan benih premium, keuntungan petani bisa mencapai Rp 2 juta dengan asumsi harga jagung Rp 5.000 per kg.
Maka dari itu, petani menilai bantuan benih yang ada sebaiknya dicabut dan digantikan menjadi bentuk subsidi. Pasalnya, potongan Rp 60.000 per kg untuk pembelian benih bakal sangat membantu petani.
“Karena petani tiap daerah itu lahannya berbeda, jadi kebutuhan benihnya juga berbeda,” sebut Sholahuddin.
Jika subsidi diberikan langsung, petani bisa memilih benih yang sesuai, baik untuk lahan basah maupun lahan kering. Dus, bantuan pemerintah jadi lebih efektif ketimbang benih bantuan yang belum tentu cocok di segala jenis lahan.
Baca Juga: Curah Hujan Tinggi, Petani Prediksi Produksi Beras Meningkat Jadi 33 Juta Ton
Selanjutnya: Smartfren Kembali Gelar Konser Musik, Gandeng Erwin Gutawa Orchestra
Menarik Dibaca: Daftar 7 Film Biografi Tokoh Dunia Ternama dan Berpengaruh, Sudah Nonton Semua?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News