Reporter: Asnil Bambani Amri, Bloomberg | Editor: Asnil Amri
CHICAGO. Sebelum Amerika Serikat (AS) melaporkan potensi hasil panen kedelai kuartal I ini, harga kedelai ternyata sudah duluan naik. Kenaikan harga ini terjadi karena adanya kekhawatiran kesulitan tanam kedelai pada musim kering yang akan terjadi di AS.
Harga kedelai untuk kontrak bulan Mei naik 0,7% menjadi US$ 13,79 per bushel di Chicago Board of Trade. Harga kedelai di pasar berjangka sudah mengalami kenaikan 14% selama satu kuartal ini.
Laporan Rabobank International menyebutkan, tahun ini tidak ada penambahan pemakaian lahan tanam untuk kedelai, yakni seluas 30 juta hektare (ha). Sementara itu, Departemen Pertanian AS menjadwalkan, akhir kuartal I untuk merilis hasil tanam dan estimasi persediaan.
"Ada yang khawatir dengan laporan di AS yang akan dikeluarkan Jumat (30/3)," kata Chung Yang Ker, analis dari Phillip Futures Pte hari ini (28/3).
Chung memprediksi, harga kedelai mungkin naik menjadi US$ 14 per bushel di kuartal kedua nanti. Kondisi ini terjadi karena adanya cuaca kering yang akan melanda di Amerika Selatan. Rabobank dalam laporan tertulis, harga akan naik dari ramalan bulan lalu atau diatas US$ 12,90 per bushel.
Ekspor AS
Eksportir kedelai di AS tercatat telah menjual 120.000 ton kedelai ke China, sejak 1 September lalu. Departemen Pertanian AS menyebutkan, ada penguatan ekspor kedelai karena penggunaannya yang lebih tinggi dari gandum.
Sementara itu harga Jagung untuk pengiriman Mei naik 0,3% menjadi US$ 6,3 per bushel, sementara gandum untuk pengiriman bulan yang sama naik 0,6% menjadi $ 6,4 per bushel.
Hasil survei Bloomberg menyebutkan, luas tanam jagung di AS kemungkinan naik menjadi 94.658.000 ha. Departemen Pertanian AS menyebutkan, stok jagung mungkin turun 5,6% menjadi 6,16 miliar bushel pada 1 Maret.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News