Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sejumlah perusahaan Indonesia meneken kesepakatan (MoU) senilai US$ 34 miliar, termasuk PT Pertamina Geothermal Energy. Ini menjadi salah satu realisasi upaya negosiasi tarif pemerintah Indonesia melalui skema B2B.
Kerja sama bernilai jumbo itu diketahui melibatkan sejumlah pemain besar di industri AS dan Indonesia.
Dari sisi domestik, selain Pertamina ada juga PT Busana Apparel Group, FKS Group, Sorini Agro Asia Corporindo, dan Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia.
Baca Juga: Negosiasi Tarif Trump, Indonesia-AS Sepakat Bentuk Working Group di 5 Sektor Khusus
Sementara itu, dari AS turut terlibat Exxon Mobil Corp, Chevron, Cargill, dan Zen-Noh Grain Corporation. Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian memastikan kerja sama ini terkait negosiasi tarif impor tinggi yang dikenakan AS ke Indonesia.
“Betul kesepakatan itu terkait negosiasi tarif. Tapi sifatnya B2B, jadi kami tidak bisa sampaikan detailnya,” ungkap Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto kepada Kontan, Senin (7/7).
Kesepakatan yang ditandatangani pada Senin (7/7) ini diketahui juga mencakup pembelian kedelai, jagung, dan kapas AS.
Untuk diketahui, hari ini pemerintah Indonesia memang dijadwalkan untuk mengajukan MoU kerja sama B2B antara perusahaan Indonesia dengan AS. “Pak Menko terjadwal ke Amerika hari ini,” kata Haryo.
Langkah ini menyusul dua proposal penawaran negosiasi yang telah dikirimkan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani pada April lalu.
Baca Juga: Indonesia Percepat Pembelian F-15 EX Sebagai Bahan Negosiasi Tarif dengan AS
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri menyebut perseroan justru tengah berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk membidik potensi peningkatan produksi LPG dalam negeri.
“Masih ada potensi yang bisa dimaksimalkan. Untuk produksi LPG bisa digenjot bertambah sekitar 1 juta metric ton lagi, sehingga dapat mengurangi porsi impor LPG kita,” kata Simon dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.
Pun pada kesempatan yang sama, Simon bilang potensi peralihan impor minyak dari AS yang menjadi salah satu strategi negosiasi tarif dari pemerintah perlu memperhatikan durasi pengiriman serta harga yang diperlukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News