kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Nilai ekspor CPO 2010 naik 40%


Selasa, 04 Januari 2011 / 08:45 WIB
Nilai ekspor CPO 2010 naik 40%


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Riang gembira. Itulah yang dirasakan para eksportir produk kelapa sawit di tahun 2010. Betapa tidak, kenaikan harga kelapa sawit dunia membuat nilai ekspor produk kelapa sawit naik signifikan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor minyak nabati, termasuk minyak kelapa sawit dan turunannya itu, naik 40% pada periode Januari-November 2010 dibanding waktu yang sama di 2009.

"Ekspor crude palm oil (CPO) jadi salah satu penyumbang terbesar pertumbuhan ekspor Januari-November 2010," kata Rusman Heriawan, Kepala BPS dalam konferensi persnya Senin (3/1).

BPS menghitung, untuk periode Januari-November 2010, nilai ekspor produk minyak nabati, termasuk CPO, mencapai US$ 14,1 miliar, naik 40% dibandingkan nilai ekspor di waktu yang sama 2009 yang hanya US$ 10,1 miliar. Namun, volumenya hanya naik tipis, yaitu 3,8%, dari 16,5 juta ton menjadi 17,1 juta ton dalam kurun waktu tersebut. "Kenaikan dalam nilai lebih tinggi dibandingkan volume," jelas Rusman.

Tahun 2010 lalu, harga produk kelapa sawit di pasar dunia memang terus naik. Data BPS yang mengutip dari World Bank Commodity, menyebutkan harga CPO dari Januari ke November 2010 sudah naik 41,2% atau naik dari US$ 793 per ton menjadi US$ 1.120 perton. "Sekarang harganya itu sudah tembus US$ 1.000 per ton," jelas Rusman. Ia menambahkan, pemicu kenaikan harga produk kelapa sawit tak lain adalah kenaikan permintaan yang terjadi seiring pemulihan ekonomi global.

Jika kita lihat pasarnya, kenaikan permintaan produk kelapa sawit terbesar datang dari kawasan Eropa dan Asia. Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan bilang, kenaikan permintaan itu datang dari beberapa negara di Uni Eropa, India, China, dan juga Bangladesh. "Permintaan China dan Eropa ternyata berpengaruh positif bagi ekspor CPO," terang Fadhil dalam surat elektroniknya.

Eksportir usul BK 3%

Kendati sudah menikmati kenaikan harga tinggi, kalangan eksportir tetap keberatan dengan penerapan bea keluar (BK) kelapa sawit selama ini. "Pelaku usaha sawit memandang tarif BK yang berlaku sekarang tidak adil," kata Fadhil. Alasannya, BK itu melenceng dari tujuan awalnya, yakni untuk memperkuat kinerja industri sawit. Kini, BK itu hanya mempertebal kantong pemerintah.

Ia mengusulkan pemerintah mengubah sistem tarif BK yang progresif berdasarkan harga saat ini menjadi tarif tetap. "Idealnya, tarif BK CPO disamakan menjadi 3% setiap bulan tanpa bergantung pada harga internasional," katanya.

Berdasarkan rumusan perhitungan pemerintah, BK yang harus dibayar eksportir sawit untuk Januari 2011 ini mencapai 20% dari nilai ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×