kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

November, ekspor CPO dan turunan CPO naik 7,6%


Kamis, 23 Desember 2010 / 10:41 WIB
November, ekspor CPO dan turunan CPO naik 7,6%


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Volume ekspor crude palm oil (CPO) dan turunannya selama bulan November 2010 mencapai 1,561 juta ton. Angka tersebut naik 7,6% dibandingkan realisasi ekspor bulan Oktober sebesar 1,450 juta ton.

Kenaikan ekspor ini terdorong lonjakan permintaan CPO di pasar dunia. "Adanya penambahan permintaan dari China dan negara-negara di Eropa, berpengaruh positif bagi ekspor CPO," kata Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melalui pesan elektroniknya yang diterima KONTAN, kemarin.

Ekspor CPO dan produk turunan ke China naik menjadi 371.021 ton. Pengiriman produk-produk turunan CPO ke China tersebut meliputi RBD olein sebanyak 242.300 ton, dan RBD stearin sejumlah 85.749 ton.

China hanya membeli minyak sawit mentah hanya sebanyak 37.000 ton, dan mengimpor dari Indonesia berupa palm fatty acid distillate (PFAD) seberat 5.970 ton. "Konsumen minyak sawit di China dari kalangan industri makanan, restoran dan rumah tangga," kata Fadhil.

Selain kenaikan permintaan dari China, ekspor ke Eropa selama November juga naik menjadi 368.350 ton. Rinciannya, ekspor CPO sebesar 236.378 ton, RBD palm oil (47.358 ton), RBD olein (26.903 ton), RBD stearin (35.847 ton), dan PFAD sebesar 21.862 ton.

Sayang, volume ekspor CPO dan produk turunan CPO ke India merosot. November lalu, ekspor ke India turun menjadi 491.787 ton dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 596.586 ton. Ekspor ke India didominasi CPO sebesar 398.734 ton, RBD olein sebanyak 65.153 ton, crude olein berjumlah 4.550 ton, RBD stearin (18.500 ton), dan PFAD (4.850 ton).

Indonesia juga mengekspor CPO dan turunannya ke Bangladesh sebesar 30.500 ton, Amerika Serikat (AS) sebesar 12.910 ton dan negara lainnya sebanyak 286.665 ton.
Kenaikan sumbangan ekspor CPO dan turunan selama November itu mendongkrak total ekspor CPO dan turunannya selama Januari - November 2010 menjadi 14,036 juta ton. Volume ekspor CPO itu naik tipis dibandingkan waktu yang sama tahun 2009 lalu sebesar 14,009 juta ton.

Fadhil memprediksi, volume ekspor CPO dan turunan tahun 2010 paling tidak akan menyamai ekspor CPO tahun 2009 sebesar 15,5 juta ton. "Ekspor akan menyamai tahun lalu atau bahkan meningkat," terang Fadhil.

Kenaikan ekspor periode ini tidak lepas dari kenaikan permintaan pasar CPO di Eropa. Selama Januari-November 2010, ekspor ke Eropa mencapai 3,425 juta ton atau naik 12,7% dibandingkan realisasi ekspor tahun 2009 lalu sebesar 3,039 juta ton.

Selama periode Januari-November 2010, ekspor ke India juga naik, meskipun relatif kecil, yaitu naik 2,9% menjadi 5,164 juta ton dari 5,020 juta ton dalam kurun waktu sama tahun 2009.

Kenaikan permintaan CPO itu tersebut juga telah mendongkrak harga. Di bursa komoditas Malaysia misalnya, harga CPO kemarin (22/12) sudah mencapai US$ 1.158 per ton, naik 5,8% dibandingkan harga awal Desember di level US$ 1.094 per ton.

Sebelum ini, Deddy Shaleh, Plt Dirjen Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan menyatakan, kenaikan harga CPO dunia itu telah mempengaruhi tarif bea keluar CPO. Bulan Desember, tarif Bea keluar naik menjadi 15% dari tarif bulan November sebesar 10%. "Besaran tarif mengacu pada harga internasional," kata Deddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×