Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Konsorsium Star Energy akhirnya berhasil mengakuisisi aset Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) milik Chevron di Indonesia dan Filipina. Konsorsium Star Energy terdiri dari Star Energy Group Holdings, Star Energy Geothermal, AC Energy (berafiliasi dengan Ayala Group Filipina) dan EGCO (Thailand).pelunasan pembayaran maupun serah terima aset dari Chevron ke konsorsium Star Energy bisa selesai pada kuartal I-2017
CEO Star Energy, Rudy Suparman menyatakan, konsorsium Star Energy dan Chevron telah menandatangani Share Sale and Purchase Agreements (SPA) pada 22 Desember kemarin. Nilai transaksinya sekitar US$ 1,98 miliar.
Namun Rudy bilang proses akuisisi aset PLTP Chevron belum selesai. Sehingga belum melaporkan kepada pemerintah. "Kami baru menandatangani SPA kemudian memberikan down payment. Jadi nanti proses baru akan selesai pada saat closing nanti," kata Rudy ke KONTAN pada Jumat (23/12).
Rudy pun bilang baik konsorsium Star Energy dan Chevron telah sepakat seluruh proses baik berupa pelunasan pembayaran maupun serah terima aset dari Chevron ke konsorsium Star Energy bisa selesai pada kuartal I-2017. Setelah proses akuisisi selesai, maka mayoritas saham dari PLTP Chevron di Indonesia akan dipegang oleh Star Energy Group Holdings and Star Energy Geothermal. Rinciannya kepemilikan saham sebesar 68.31% milik Star Energy, AC Energy sebesar 19.3%, dan EGCO 11.89%.
Rudy pun menyebut dengan adanya akuisisi ini maka Star Energy bisa memperkuat bisnis panas buminya karena dengan penambahan kapasitas dari PLTP Chevron bisa membuat bisnis panas bumi Star Energy menjadi lebih besar.
Melalui transaksi ini, Star Enegy akan menjadi salah satu pemain besar bisnis panas bumi di dunia. Star Energy akan mendapat tambahan kapasitas dari dua proyek panas bumi Chevron di Indonesia yaitu Salak dan Derajat dengan kapasitas 413 megawatt (MW) dan memasok listrik 275 MW.
Ditambah dengan aset panas bumi Chevron di Filipina yaitu wilayah kerja panas bumi Tiwi-Makban yang memproduksi listrik sekitar 326 MW. Star Energy pun menargetkan bisa menjadi operator panas bumi dengan kapasitas setidaknya 600 megawatt (MW) pada 2028.
Executive Vice President, Upstream, Chevron Corporation Jay Johnson dalam siaran pers bilang, penjualan aset tersebut sejalan dengan strategi untuk memaksimalkan nilai bisnis hulu global Chevron melalui pengelolaan portofolio yang efektif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News