kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Nusa Konstruksi panen proyek pemerintah


Kamis, 05 Oktober 2017 / 16:18 WIB
Nusa Konstruksi panen proyek pemerintah


Reporter: Tantyo Prasetya | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk merevisi target nilai kontrak yang sebelumnya Rp 2,5 triliun menjadi Rp 2 triliun hingga akhir tahun ini.

Alasan utamanya adalah kasus hukum yang sedang dihadapi perseroan setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan perseroan sebagai tersangka lantaran adanya dugaan korupsi proyek pembangunan Rumah Sakit Udayana Bali.

Dengan penurunan target tersebut, emiten berkode DGIK tersebut tinggal mengejar sisa target kontrak baru yang sudah diraih senilai Rp 1,57 triliun hingga akhir September 2017 ini.

Demi memenuhi sisa target kontrak sebesar Rp 430 miliar ini Djohan Halim selaku Sekretaris Perusahaan DGIK mengaku pihaknya masih giat mengikuti tender untuk proyek-proyek baik yang digelar oleh pemerintah maupun pihak swasta.

"Bisa saja kami ambil proyek dari swasta atau pemerintah tergantung yang menggelar tender dan dilihat mana yang baik," terangnya usai menggelar RUPSLB di Jakarta, Kamis (5/10).

Namun, jika melihat presentase tender proyek yang dikerjakan DGIK, porsi proyek pemerintah mulai merangkak naik jika dibandingkan dengan swasta.

Jika berkaca pada 2014, proyek infrastruktur yang dikerjakan oleh DGIK 9% berasal dari pemerintah dan 91% dari swasta. Kemudian pada 2015, 17% dari pemerintah dan 83% dari swasta.

Tren peningkatan proyek dari pemerintah terus menanjak, dengan persentase sebesar 43% dari pemerintah pada 2016 dan proyeksinya hingga akhir tahun 2017, 49% proyek infrastruktur yang dikerjakan oleh DGIK berasal dari pemerintah.

"Tergantung tender sih, tapi sekarang kalau lihat perbandingannya sih 50:50, mulai bergeser dari swasta ke pemerintah," terang Djohan.

Adapun beberapa proyek infrastruktur milik pemerintah dengan nilai kontrak jumbo di antaranya proyek infrastruktur Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin milik Angkasa Pura I senilai Rp 683 miliar dan Joint Operator dengan PT Wijaya Karya Tbk untuk proyek Normalisasi Sungai Batam dari Kementerian PUPR senilai Rp189 miliar.

Seperti diketahui, DGIK mencatatkan perolehan pendapatan semester I-2017 sebesar Rp 526,53 miliar atau menurun 3,06% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 543,17 miliar.

Walaupun turun, laba perusahaan meroket hampir 5 kali lipat menjadi Rp 15,75 miliar jika dibandingkan secara year on year (yoy) dari Rp 3,15 miliar pada tahun lalu.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×