kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ombudsman ungkap penyebab turunnya harga gabah di tingkat petani pada 2021


Kamis, 08 April 2021 / 17:57 WIB
Ombudsman ungkap penyebab turunnya harga gabah di tingkat petani pada 2021


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ombudsman Republik Indonesia melaporkan penurunan harga gabah di tingkat petani saat memasuki panen raya tahun 2021 ini disebabkan produksi yang meningkat, kandungan kadar air yang tinggi dan turunnya permintaan membuat harga gabah turun di tingkat petani.

Sebagai contoh, selama Maret 2021, rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani Rp 4.385 per kilogram (kg). Harga tersebut turun 7,85% dan di tingkat penggilingan Rp 4.481 per kg atau turun 7,86% dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumnya.

Anggota Ombusman RI, Yeka Hendra Fatika, dalam keterangannya mengatakan, pada 2-4 April 2021 Ombudsman turun ke lapangan mengecek penyebab penurunan harga gabah di sejumlah sentra produksi padi. Seperti antara lain, Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon.

Dalam hasil perbincangan dengan petani, Ombusman menemukan opini yang sama di antara petani bahwa kenaikan produksi gabah pada tahun ini mengalami kenaikan dibanding 2020. Kenaikan produksi ini berada dikisaran 2%-3,1%. 

Baca Juga: Buwas: Kami Mampu Serap Gabah Petani

Hal ini juga sejalan dengan prediksi Badan Pusat Statistik (BPS)yang menyatakan bahwa produksi gabah sepanjang Januari-April 2021 meningkat sekitar 2,7% dibandingkan periode sama 2020.

Kenaikan produksi ini tak terlepas dari kondisi La Nina pada akhir 2020 dimana terjadi musim kemarau basah yang menyebabkan perubahan pola tanam, dengan waktu tanam yang lebih cepat dari biasanya. Dengan cepatnya waktu tanam membuat musim panen lebih awal seperti di Jawa Timur dan Jawa Tengah sudah panen pada Januari-Februari 2021.

Selain itu, penurunan harga gabah juga tak terlepas dari penurunan konsumsi beras seiring perpindahan pola konsumsi ke karbohidrat berbasiskan gandum.

Curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan curah hujan tahun lalu juga mempunyai andil dalam penurunan harga gabah. Banyak petani akhirnya menjual hasil panen padinya dengan kadar air yang lebih tinggi.

Penurunan harga gabah juga didorong oleh semakin berkurangnya tenaga kerja pemanenan. Hal ini berdampak pada banyaknya kasus pemanenan dilakukan pada saat keadaan tanaman belum cukup umur untuk dipanen. 

Baca Juga: Bulog proyeksi serapan beras hingga Mei hanya 600.000 ton, ini kata pengamat

"Dalam kondisi seperti ini, kualitas gabah dipastikan menurun, butir hampa semakin banyak, hingga mencapai 18%. Hal ini berdampak terhadap tingginya susut dari gabah kering panen menjadi gabah kering giling," ujar Yeka, Kamis (8/4).

Bagaimana dampak tingginya kadar air terhadap harga Gabah Kering Giling, atau harga  beras? Yeka mengatakan, dari kadar air saja, jika rata rata kadar air gabah kering panen sebesar 28,16 % akan dikeringkan menjadi kadar air normal sebesar 14%, maka susut gabahnya sebesar 14,16 %. 

Baca Juga: Pemerintah Hobi Impor Beras, Harga Gabah Kian Merana Memasuki Panen Raya

Dari kadar hampa jika ingin dikurangi dari 18% menjadi 5%, maka susutnya sebesar 13%. Sehingga total susut pasca panen sekitar 27,16%. Jika rata rata harga pembelian gabah kering panen sebesar Rp.3.888 per kg, dengan susut 27,16%, maka nilai gabah kering gilingnya setara dengan Rp 5,338 per kg. 

Dengan demikian, Yeka menegaskan penurunan harga gabah di musim panen raya kali ini disebabkan kondisi penawaran dan kandungan kadar air. "Tidak ada fakta kuat, menghubungkan isu impor terhadap penurunan harga," tegasnya.

Ombusman juga menemukan bahwa sebenarnya bukan harga gabah yang turun, melainkan kualitas atau mutu gabah yang turun. Dan peristiwa mutu gabah turun di musim penghujan atau musim panen raya merupakan situasi yang terus berulang sepanjang tahun.

Selanjutnya: Ombudsman temukan ada potensi maladministrasi kebijakan impor beras

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×