Reporter: Siti Maghfirah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bagi para peritel, Lebaran tahun ini sepertinya kurang berkesan. Penjualan ritel di periode Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriyah tidak sebaik tahun sebelumnya.
Tengok saja, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mencatat, penjualan ritel domestik untuk seluruh format selama periode Lebaran kali ini cuma naik 5%-6% dibandingkan bulan biasa. Padahal kenaikan di tahun lalu bisa mencapai 16,3%.
Hasil ini membuat kontribusi pendapatan dari periode Lebaran cuma 20% sampai 30% saja dari total omzet ritel domestik. Ini jelas turun cukup dalam lantaran tahun lalu sanggup memberi kontribusi hingga 40% dari total pendapatan ritel nasional.
Taruh kata Aprindo memproyeksi penjualan ritel nasional pada tahun ini bisa mencapai Rp 220 triliun atau naik 10% dari tahun lalu. Dengan asumsi kontribusi selama Lebaran 20%-30%, nilainya sebesar Rp 44 triliun sampai Rp 66 triliun. Padahal, Aprindo punya asumsi kontribusi Lebaran tahun ini bisa mencapai 40%-45% atau setara Rp 88 triliun-Rp 99 triliun (Harian KONTAN, 20 Juni 2017).
Roy Nicholas Mendey, Ketua Umum Aprindo, sudah memprediksi kondisi tersebut. Selama dua pekan pertama saat puasa, pasar ritel seolah biasa saja. Kondisi ini terus berlangsung pasca pemberian tunjangan hari raya (THR), dua pekan sebelum Lebaran.
Apa penyebab lesunya transaksi tersebut? Salah satunya adalah, masyarakat membagi dana mereka untuk kebutuhan sekolah menjelang tahun ajaran baru.
Penyebab lain adalah dana BPJS Ketenagakerjaan terlambat turun di Jabodetabek. "Kalau bisa turun lebih awal menjelang Lebaran, konsumen bisa memakai untuk kebutuhan Lebaran," sebut Setiadi, Sekretaris Perusahaan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk kepada KONTAN, Senin (3/7).
Ramayana tidak berhasil mencapai target pendapatan Lebaran. Setiadi bilang, pendapatan Lebaran kali ini cuma bisa memberikan kontribusi pendapatan 25% sampai 30% saja ke total pendapatan perusahaan ini. Padahal, targetnya bisa mencapai 40%.
Sedangkan Handaka Santosa, CEO Sogo Department Store menyebutkan, kontribusi Lebaran kali ini cuma menyumbang 20% saja ke total pendapatan perusahaan. Sedangkan targetnya sebesar 30%.
Roy memperkirakan, penjualan ritel domestik masih kurang darah setelah Lebaran ini. Memang masih ada satu amunisi lagi yang menjadi harapan peritel, yakni momentum Natal dan Tahun Baru.
Tapi tampaknya kontribusi bisnis dari periode tersebut cuma 10% sampai 15%. Roy memproyeksikan, pertumbuhan ritel nasional tahun ini sekitar 9%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News