Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar layanan telekomunikasi diyakini masih prospektif. Sejumlah operator telekomunikasi masih berupaya menambah pelanggan baru di tengah optimisme ini.
Vice President Corporate Communications Telkomsel, Saki H, Bramono mengatrakan, Telkomsel masih akan mendorong pertumbuhan jumlah pelanggan di tahun 2022.
“Namun salah satu yang utama adalah memastikan adanya pertumbuhan pelanggan aktif dengan nilai ARPU (average revenue per user) dari bisnis broadband dan digital, dengan length of stay yang berkelanjutan,” ujjar Saki kepada Kontan.co.id (14/2).
Per akhir kuartal III 2021 lalu, jumlah pelanggan Telkomsel mencapai 173,5 juta pelanggan. Bisnis telekomunikasi Telkomsel ditopang oleh ratusan ribu Base Transceiver Station (BTS). Khusus BTS 4G saja misalnya, sudah mencapai 132,293 unit per September 2021 lalu.
Guna mengejar pertumbuhan, Telkomsel, kata Saki, Telkomsel akan terus mendorong hadirnya inovasi ragam penawaran produk dan layanan yang customer centric sesuai dengan kebutuhan dan karakter tiap pelanggan.
Baca Juga: Optimistis Ekonomi Membaik, Ini Target Telkom Indonesia (TLKM) Tahun 2022
“Ditambah dengan ragam program retensi dan loyalitas bagi pelanggan, untuk memastikan hadirnya layanan yang menyeluruh dengan manfaat nilai tambah yang dapat dinikmati seluruh pelanggan,” imbuh Saki.
Di sisi lain, induk dari Telkomsel, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) juga mengalokasikan anggaran belanja modal atawa capital expenditure (capex) sekitar 25% dari dari total target pendapatan TLKM tahun ini. Sebagian dari anggaran tersebut di antaranya dialokasikan untuk pengembangan jaringan mobile & IT enhancement.
“(Capex 2022) untuk pengembangan jaringan mobile & IT enhancement, meningkatkan bisnis fixed broadband, mengembangkan bisnis tower, pembangunan backbone berbasis fiber, dan infrastruktur pendukung lainnya,” ujar VP Corporate Communication Telkom Pujo Pramono kepada Kontan.co.id (13/2).
Setali tiga uang dengan Telkomsel, PT XL Axiata Tbk (EXCL) juga berharap bisa berharap masih bisa menggaet pelanggan-pelanggan baru di tahun 2022. Hanya saja, EXCL tidak mencanangkan target khusus berapa jumlah pelanggan baru yang diincar.
“Yang lebih penting bagi kami adalah mendorong peningkatan pendapatan & profitabilitas bisnis layanan data termasuk meraih pelanggan data yang berkualitas/produktif,” Group Head Corporate Communications EXCL Tri Wahyuningsih kepada Kontan.co.id (11/2).
Per akhir kuartal III 2021 lalu, jumlah pelanggan XL Axiata mencapai sebanyak 57,9 juta pelanggan. Jumlah BTS lebih dari 153 ribu BTS termasuk lebih dari 69 ribuan BTS 4G.
Tahun ini, EXCL masih melakukan investasi pembangunan infrastruktur data, baik Base Transceiver Station (BTS), fiber di hampir seluruh wilayah luar Jawa. EXCL tidak menargetkan angka khusus untuk penambahan BTS, sebab jumlahnya akan disesuaikan dengan dinamika kebutuhan yang ada.
Rencana investasi ini menjadi salah satu strategi EXCL untuk mendongkrak bisnisnya. Sederet strategi EXCL lainnya antara lain memperluas partnership dan pengembangan produk dengan personalisasi, memberikan layanan omnichannel, mendorong digitalisasi dan otomasi pada berbagai dimensi operasional, mengelola belanja modal alias capital expenditure (capex) secara efektif, dan masih banyak lagi.
Baca Juga: XL Axiata (EXCL) Menargetkan Pertumbuhan Lebih Baik Dari Industri Tahun Ini
Wahyuningsih mengaku belum bisa mengungkapkan berapa anggaran capex EXCL pada tahun ini. “Untuk Capex tahun 2022 kami belum bisa menyampaikan angkanya, tapi perkiraan relative tidak jauh berbeda dengan capex tahun sebelumnya,” tutur Ayu.
Dalam catatan Kontan.co.id, EXCL mengalokasikan dana capex sekitar Rp 7 triliun pada tahun 2021. Mayoritas atau sekitar 70% dianggarkan untuk mendukung pengembangan jaringan bisnis layanan data.
Dihubungi terpisah, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) tidak mengungkap berapa penambahan jumlah pelanggan baru yang diincar/diharapkan oleh perusahaan pada tahun ini. SVP-Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), Steve Saerang mengatakan, IOH saat ini berfokus pada kualitas layanan pengguna.
“Fokus kami saat ini adalah ke kualitas layanan pengguna yang merasakan manfaat setelah bergabungnya Indosat Ooredoo dan Hutchison3Indonesia,” kata Steve saat dihubungi Kontan.co.id (10/2).
Sama halnya dengan operator lainnya, IOH mengagendakan sejumlah rencana bisnis, termasuk di antaranya ekspansi jangkauan layanan.
Tahun ini, IOH akan membangun 11,400 site baru sebelum tahun 2025 serta memperluas jangkauan ke 7,660 desa hingga 2025. Selain itu, IOH juga akan terus menghadirkan produk dan solusi yang relevan dengan kebutuhan pelanggan yang terus berkembang. Produk dan solusi yang dimaksud terdiri atas produk digital dan berbagai inovasi untuk layanan enterprise.
“Untuk biaya (investasi untuk ekspansi) belum dapat saya sampaikan pada saat ini, karena setelah merger kami masih akan melakukan proses integrasi dan melihat efisiensi secara keseluruhan untuk selanjutnya menentukan prioritas investasi,” tutur Steve.
Steve belum mengungkap berapa jumlah pelanggan IOH pasca merger. Henan Putihrai Sekuritas memperkirakan, basis pelanggan IOH pasca merger mencapai sekitar 100 juta.
Dalam estimasi Henan Putihrai Sekuritas, Telkomsel masih menjadi operator dengan pelanggan terbanyak dengan jumlah sekitar 175 juta. Kedua operator ini diikuti oleh EXCL dengan estimasi jumlah pelanggan sekitar 60 juta dan FREN 35 juta.
Baca Juga: Usai Merger, Begini Rencana Bisnis Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) Selanjutnya
Analis Henan Putihrai Sekuritas, Steven Gunawan memperkirakan, posisi Telkomsel sebagai operator dengan basis pelanggan terbesar masih akan sulit disalip oleh operator-operator lainnya. “Sulit ya. Tsel jaringannya tetap paling luas ya,” ujar Steve saat dihubungi Kontan.co.id (14/2).
Steve optimistis, pasar pemakai data masih berpotensi bertumbuh baik di tahun 2022 maupun di tahun-tahun berikutnya setelah Omicron mereda nanti. Hal ini didorong oleh sejumlah faktor mulai dari besarnya jumlah kaum muda yang menggemari teknologi, tren digitalisasi, hingga perluasan area jaringan 4G di luar Pulau Jawa. “Belum lagi ((ada) potensi 5G,” imbuh Steve.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News