kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.510.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 15.581   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.746   -26,17   -0,34%
  • KOMPAS100 1.203   -5,19   -0,43%
  • LQ45 956   -5,46   -0,57%
  • ISSI 234   -0,33   -0,14%
  • IDX30 492   -2,35   -0,48%
  • IDXHIDIV20 589   -3,84   -0,65%
  • IDX80 137   -0,54   -0,39%
  • IDXV30 143   0,29   0,21%
  • IDXQ30 163   -1,00   -0,61%

Optimis bisnis membaik, begini rencana bisnis SCG di Indonesia tahun ini


Selasa, 02 Februari 2021 / 14:05 WIB
Optimis bisnis membaik, begini rencana bisnis SCG di Indonesia tahun ini
ILUSTRASI. Buruh pelabuhan melakukan aktivitas bongkar muat semen di kawasan pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (20/11/2020). Usai diterjang banjir rob yang melanda Pelabuhan Sunda Kelapa, aktivitas bongkar muat kembali normal. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. SCG optimistis pada prospek bisnis di Indonesia tahun ini. Tahun ini, SCG  percaya bisa membukukan pertumbuhan kinerja baik dari sisi top line maupun bottom line untuk bisnisnya di Indonesia.

President Director PT SCG Indonesia, Pathama Sirikul mengatakan, SCG Indonesia telah menyiapkan strategi untuk mencetak kinerja yang lebih baik pada tahun ini. Di samping itu, program vaksinasi dan pemulihan ekonomi pada tahun ini juga diharapkan bisa menjadi katalis yang berdampak positif bagi bisnis SCG di Indonesia.

Seperti diketahui, sebelumnya beberapa lembaga internasional memperkirakan Indonesia bisa mencatatkan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Merujuk kepada pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya (28/1), Asian Development Bank (ADB) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 sebesar 5,3%,  sementara International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 4,8%.

Prediksi lembaga lainnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini berada di kisaran 4,0% hingga 6,1%.

Baca Juga: Pefindo pertahankan peringkat obligasi berkelanjutan TPIA di idAA-

“Pertumbuhan ekonomi sebesar 4%-5% merupakan hal yang memungkinkan untuk dicapai. Kami percaya pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berdampak positif bagi bisnis SCG,” kata Pathama dalam sesi wawancara virtual yang berlangsung pada Senin (1/2).

Sedikit informasi, SCG memiliki 3 kegiatan usaha utama di Indonesia, yaitu bisnis semen dan material bahan bangunan atawa cement-building  materials (CBM), kimia, dan kemasan. Berdasarkan Berdasarkan laporan pada Kuartal IV/2020, SCG memiliki total aset senilai Rp 40,30 triliun di Indonesia.

Lini bisnis SCG membentang dari hulu hingga hilir. Pada lini bisnis kemasan misalnya, SCG melalui entitas PT. Fajar Surya Wisesa Tbk memproduksi kertas kraft (craft paper) di tingkat hulu dan juga memproduksi kemasan boks di tingkat hilir. Begitu juga di bisnis kimia, SCG memproduksi resin di tingkat hulu dan juga memproduksi pipa pvc di tingkat hilir.

Target pasar SCG di Indonesia menyasar pelanggan institusi (business-to-business/B2B) maupun pelanggan ritel (business-to-csutomer/B2C) melalui jaringan ritel seperti Mitra10 maupun platform online.

Baca Juga: Asing Rajin Akumulasi Saham ROTI, PZZA dan CSAP, Layak Diikuti?

Tahun lalu, SCG mencatatkan pendapatan sebesar Rp 14,10 triliun dari bisnisnya di Indonesia. Pendapatan tersebut didapat dari produk-produk yang diproduksi di Indonesia maupun dari produk yang diimpor dari Thailand lalu kemudian dijual di Indonesia.

Sebagian besar pendapatan didapat dari lini bisnis kemasan dengan porsi sekitar 50-55%. Sementara itu, lini bisnis CBM menyumbang sekitar 30-an% dari total pendapatan, sedangkan sisanya datang dari lini bisnis kimia.

Pathama berujar, SCG bakal memaksimalkan pemanfaatan kanal omnichannel untuk memacu penjualan pada tahun ini. Strategi ini dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan kebiasaan pelanggan dalam berbelanja di tengah pandemi Covid-19. Hal ini akan diterapkan misalnya pada lini bisnis CBM.

SCG percaya, kebutuhan akan material bahan bangunan akan selalu ada di tengah pandemi, hanya saja sebagian pelanggan cenderung enggan keluar rumah untuk berbelanja menimbang situasi pandemi Covid-19.

Selain itu, SCG juga akan berupaya agar memfokuskan penjualan pada produk-produk yang memiliki permintaan baik, sementara produk-produk yang permintaannya tidak begitu baik akan dikurangi porsi penjualannya.

Semua strategi penjualan SCG akan dilakukan dengan berdasarkan data riset pasar yang terkumpul dan telah diolah demi memahami kebutuhan pasar secara lebih baik.

“Kami memang ingin menjadi perusahaan yang berbasiskan data (data-driven). Jadi data-data yang terkumpul akan kami ‘menerjemahkan’ menjadi langkah bisnis kami,” ujar Pathama.

Baca Juga: Saat Harga Melejit Hingga Mencapai Rekor, Hedge Fund Ini Jual 30 Juta Saham BFIN

Di sisi lain, SCG juga berupaya untuk menjaga kinerja bottom line dengan meningkatkan efisiensi bisnis melalui pemanfaatan teknologi. Dengan cara  itu, SCG berharap bisa memangkas biaya-biaya  pengeluaran yang dirasa tidak perlu.

Membuka peluang merger dan akuisisi

Selain mengejar pertumbuhan organik, SCG juga masih membuka peluang untuk mengejar pertumbuhan anorganik melalui jalan merger ataupun akuisisi. Di lingkungan SCG, strategi ini dinamai strategi merger & partnership (M&P).

Pathama bilang, aksi korporasi M&P bisa saja SCG lakukan di Indonesia jika terdapat peluang ataupun situasi yang mendukung. Target sasarannya adalah perusahaan dengan bidang-bidang usaha yang berkaitan dengan lini bisnis SCG di Indonesia.

“Kami selalu mencari kesempatan untuk menumbuhkan bisnis kami di Indonesia. Maka dari itu, kami selalu membuka opsi untuk melakukan M&P,” ujar Pathama.

Baca Juga: Barata Indonesia Akhirnya Melunasi Pokok MTN Setelah Sempat Gagal Bayar

Sedikit kilas balik, SCG sebelumnya telah melakukan beberapa kali aksi akuisisi terhadap perusahaan di Indonesia. Pada Juli 2019 lalu misalnya, SCG melalui u SCGP Solutions (Singapore) Pte Ltd tercatat mengakuisisi  55% kepemilikan saham PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW). Berdasarkan data RTI, SCGP Solutions masih tercatat sebagai pemegang saham pengendali dengan kepemilikan saham 55,23% per 31 Desember 2020 lalu.

Selain itu, Kontan.co.id juga mencatat bahwa SCG sempat memborong 40 juta saham pemilik supermarket bahan bangunan Mitra10. Transaksi ini membuat kepemilikan SCG Retail Holding Company Limited di PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP) bertambah menjadi 29,09%. Tambahan kepemilikan tersebut tercatat dalam laporan kepemilikan efek di atas 5% per 23 September 2019.

Selanjutnya: Asing Rajin Akumulasi Saham ROTI, PZZA dan CSAP, Layak Diikuti?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet

[X]
×