kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Optimisme SRIL menggenjot bisnis di akhir tahun dan di 2019


Senin, 26 November 2018 / 18:31 WIB
Optimisme SRIL menggenjot bisnis di akhir tahun dan di 2019
ILUSTRASI. Pemintalan benang di Pabrik Sritex


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Memasuki peak season di akhir tahun 2018 ini produsen tekstil dan garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) optimistis mampu mengerek kinerja bisnisnya. Serta menatap tahun depan, perseroan positif mampu memaksimalkan momen dan peluang yang ada.

Welly Salam, Sekretaris Perusahaan SRIL mengatakan bahwa secara historis kuartal terakhir ini kinerja SRIL lebih menggigit ketimbang kuartal sebelumnya. "Proyeksi kami pun di kuartal 4 tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun lalu karena kami ada tambahan kapasitas produksi yang mana utilisasi nya juga meningkat," bebernya kepada Kontan.co.id, Senin (26/11).

Seperti yang diketahui, perusahaan telah mengantisipasi lonjakan permintaan dengan meningkatkan kapasitas produksinya jauh-jauh hari. Kata Welly, SRIL sudah mempersiapkan peningkatan kapasitas produksi secara bertahap sejak tahun 2014 yang mana baru selesai di kuartal ke dua tahun 2017 lalu.

Adapun rincian kapasitas produksi pabrikan saat ini ialah produk spinning 1,1 juta bales per tahun, weaving 180 juta meter per tahun, dyeing atau printing 240 juta yards per tahun dan garmen 30 juta pieces per tahun. Perseroan juga tercatat melancarkan aksi akuisisi di tahun ini dengan menggelontorkan dana senilai US$ 85 juta.

Sedangkan peluanh di tahun depan, SRIL mengamati ada beberapa benefit yang didapat ditengah situasi global saat ini. Menurut Welly, perang dagang China-Amerika Serikat (AS) saat ini membuka peluang bagi SRIL mendapatkan order-order dari pelanggan-pelanggan AS. "Dimana mereka mengalihkan sebagian ordernya dari China untuk mengurangi eksposure mereka dengan China juga," sambungnya.

Selain trade war, negosiasi mengenai perjanjian kerjasama ekonomi Comprenhensibe Economic Patnership Agreement (CEPA) Indonesia dengan European Free Trade Agreement atau IU-CEPA yang bakal dirampungkan pada akhir tahun ini juga dinilai peluang yang baik menembus pasar Eropa.

Sampai kuartal tiga tahun 2018 ini penjualan ekspor ke Eropa tercatat naik 2% year on year (yoy) menjadi US$ 50 juta. Sejauh ini sampai kuartal tiga tersebut ekspor SRIL masih didominasi oleh regional Asia sebanyak US$ 309 juta, melejit 67% dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu US$ 184 juta.

Secara total penjualan ekspor mencatatkan angka US$ 405 juta atau sebesar 53% dari total revenue SRIL di kuartal tiga 2018 yang sejumlah US$ 763 juta. Sementara penjualan domestik tercatat senilai US$ 358 juta.

Pasar domestik pun bukan tanpa peluang yang tak bisa digarap, menurut Welly order dari customer dalam negeri berpeluang meningkat dimana sebelumnya pabrikan garmen yang sebelumnya memesan produk tekstil di Jawa Barat harus mengalihkannya lantaran beberapa industri di sana sedang berbenah terkait masalah Lingkungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×