Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pebisnis pakan ternak kembali bertaruh pada stok jagung lokal. Mau tak mau, mereka harus memenuhi kebutuhan jagung dari produksi lokal lantaran keran impor jagung distop. Jika produksi tak sesuai harapan, industri pakan ternak lokal akan kelimpungan.
Sejumlah pabrikan pakan menyatakan, pasokan jagung lokal memang ada. Namun, harga jagung lokal justru di atas harga jagung impor. Alhasil, harga pakan ternak naik dan membebani peternak.
Belajar dari pengalaman tahun sebelumnya, pengusaha pakan ternak berupaya mengantisipasi hal ini. Apalagi, tahun ini akan ada peningkatan produksi pakan ternak.
Desianto Budi Utomo, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) mengingatkan, tahun ini akan ada peningkatan produksi pakan sebesar 7% dibanding tahun lalu. Tahun lalu, kebutuhan jagung pakan ternak sekitar 7,5 juta–8 juta ton. Artinya, kebutuhan jagung tahun ini berkisar 8 juta–8,5 juta ton. "Peningkatan ini perlu diantisipasi dengan baik," ujarnya, Rabu (31/1).
Peningkatan kebutuhan jagung untuk pakan ternak ini memang menjadi tantangan bagi Kementerian Pertanian (Kemtan). Tahun ini Kemtan menjanjikan produksi jagung tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. "Tahun ini kami naikkan minimal 50% dengan catatan tidak ada impor jagung seperti tahun lalu," ujar Sumardjo Gatot Irianto, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kemtan.
Menurut Gatot, produksi jagung di tahun 2017 sesuai dengan Angka Ramalan (ARAM) II sebanyak 27,9 juta ton pipilan kering atau lebih tinggi dari prediksi awal Kemtan sebesar 24 juta ton. "Kebutuhan konsumsi jagung untuk masyarakat mencapai 18,78 juta ton per tahun," ujarnya.
Berdasarkan data Kemtan, dari total kebutuhan jagung tersebut, industri pakan membutuhkan jagung paling besar. Industri pakan membutuhkan jagung sebesar 9,3 juta ton, sedangkan peternak mandiri membutuhkan jagung sebanyak 3,6 juta ton.
Selain industri pakan ternak, industri pangan membutuhkan 5,2 juta ton, dan kebutuhan konsumsi langsung sebanyak 481.879 ton. Selain itu, industri benih membutuhkan 125.522 ton jagung. Ada pun porsi jagung yang hilang atau tercecer ditaksir 1,5 juta ton.
Nah, untuk mencapai target tersebut, Kemtan berjanji akan memperluas areal tanam untuk jagung serta memberikan bantuan benih. "Perluasan areal tanam sekitar 3,4 juta hektare," kata Gatot.
Tahun ini Kemtan menganggarkan Rp 1,2 triliun untuk bantuan benih tanaman pangan seperti jagung, padi, dan kedelai. Namun, anggaran benih itu lebih banyak ditujukan untuk bantuan benih padi.
Lawan hukum pasar
Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia (Gappi) menilai data produksi jagung saat ini harus diverifikasi. Upaya ini bertujuan memastikan produksi jagung yang riil.
Anton J. Supit, Ketua Gappi menilai, pernyataan Kemtan mengenai produksi jagung lokal selalu berubah-ubah. Menurutnya, terkadang Kemtan menyatakan produksi jagung mencapai 29 juta ton, namun terkadang mengatakan produksi jagung hanya sekitar 23 juta ton.
Anton menambahkan, bila asumsi produksi jagung sekitar 23 juta ton, ketersediaan jagung akan melimpah dan harga akan turun. Pasalnya, rata-rata kebutuhan pabrik pakan ternak hanya sekitar 8 juta ton per tahun. "Artinya ada selisih 15 juta ton. Tidak jelas dipakai untuk apa saja 15 juta ton tersebut, dan disimpan dimana jagungnya," ujar Anton.
Anton meragukan semua data tersebut karena harga jagung selalu melawan arah hukum pasar, yakni harga tetap tinggi meski pasokannya terus bertambah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News