CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.322.000   -29.000   -1,23%
  • USD/IDR 16.765   18,00   0,11%
  • IDX 8.362   -54,96   -0,65%
  • KOMPAS100 1.159   -6,94   -0,60%
  • LQ45 844   -6,42   -0,76%
  • ISSI 292   -2,09   -0,71%
  • IDX30 440   -4,44   -1,00%
  • IDXHIDIV20 511   -3,54   -0,69%
  • IDX80 130   -1,04   -0,79%
  • IDXV30 135   -1,25   -0,92%
  • IDXQ30 141   -0,73   -0,52%

Pabrikan Mobil dan Industri Komponen Menanti Insentif Sektor Otomotif pada 2026


Selasa, 18 November 2025 / 19:49 WIB
Pabrikan Mobil dan Industri Komponen Menanti Insentif Sektor Otomotif pada 2026
ILUSTRASI. Pabrikan mobil dan produsen komponen berharap insentif tersebut bisa membawa angin segar untuk kembali mendongkrak industri otomotif.. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berpotensi mengucurkan insentif untuk sektor otomotif pada tahun depan. Pabrikan mobil dan produsen komponen berharap insentif tersebut bisa membawa angin segar untuk kembali mendongkrak industri otomotif.

Marketing & Customer Relations Division Head Astra International Daihatsu Sales Operation, Tri Mulyono, menyambut wacana insentif untuk sektor otomotif pada tahun 2026. Tri berharap insentif ini bisa menggairahkan kembali pasar otomotif nasional yang kini sedang lesu.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan wholesale hingga Oktober 2025 turun 10,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tri menilai, penyebab pasar otomotif nasional terkontraksi pada tahun ini cukup kompleks.

Penyebabnya adalah kombinasi dari faktor global, penurunan daya beli masyarakat, serta peningkatan tren non-performing loan dari lembaga pembiayaan.

"Kami berharap sampai akhir 2025 pasar otomotif nasional dapat bertumbuh dan Daihatsu bisa berkontribusi positif atas pertumbuhan yang terjadi," ungkap Tri saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (18/11/2025).

Baca Juga: Ekspor Mobil Daihatsu Naik 9,9% hingga Oktober 2025, Filipina Jadi Pasar Terbesar

Tri berharap pemerintah bisa memberikan insentif yang bisa menambah daya tarik bagi masyarakat untuk membeli kendaraan, misalnya dalam bentuk keringanan pajak maupun subsidi yang dapat mengurangi biaya pembelian.

"Kami menunggu informasi yang lebih detail terkait dengan wacana kebijakan ini," kata Tri.

Sales, Marketing & After Sales Operations Director PT Honda Prospect Motor, Yusak Billy, turut menyoroti penjualan mobil baru yang sedang melambat. Yusak menilai penyebab utamanya adalah pelemahan daya beli di tengah pembiayaan yang semakin ketat.

Meski begitu, Yusak melihat ada peluang untuk memperbaiki pasar otomotif pada tahun depan. "Dengan dukungan kebijakan pemerintah dan tingkat kepemilikan mobil yang masih rendah, kami optimistis pasar dapat kembali bertumbuh pada 2026," ujarnya.

Menurut Yusak, insentif dari pemerintah penting untuk mendorong minat beli dan menjaga daya saing industri. "Dari sisi kami, bentuk dukungan apa pun tentu akan membantu mendorong minat beli dan memberikan dampak positif bagi industri secara keseluruhan," imbuh Yusak.

Industri komponen juga menanti insentif untuk sektor otomotif. Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) Rachmad Basuki mengungkapkan bahwa penjualan otomotif yang melambat ikut menekan industri komponen karena terjadi pengurangan untuk rantai pasok pabrikan.

Rachmad melihat outlook industri otomotif pada tahun 2026 relatif stagnan dari kinerja tahun ini jika tidak ada aksi yang progresif, khususnya dari pemerintah.

Rachmad berharap pemerintah bisa belajar dari insentif otomotif saat pandemi Covid-19 lalu, yang berhasil menggerakkan pasar dan industri otomotif.

Baca Juga: Ini Deretan Calon Mobil Baru yang Siap Debut di Ajang Gaikindo Jakarta Auto Week 2025

Rachmad menyarankan insentif untuk tahun 2026 bisa menyasar kendaraan yang diproduksi di dalam negeri dengan local content atau Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 60%.

"Yang penting industri otomotif jangan terus turun, lama-lama investor nggak tahan dan akan cari market besar yang lagi tumbuh," kata Rachmad.

Pakar Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, sepakat sektor otomotif membutuhkan stimulus untuk mengatasi kelemahan struktural pasar. Yannes menyoroti pentingnya penyelamatan daya beli pada segmen middle-low class.

Bentuk insentif yang bisa diberikan adalah Pajak Penjualan Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) atau kebijakan setara untuk segmen mobil Low Cost Green Car (LCGC) - Internal Combustion Engine (ICE).

Selain itu, pemerintah mesti memastikan insentif untuk mobil jenis Battery Electric Vehicle (BEV) dan hybrid terkait dengan peningkatan TKDN.

Hal ini penting untuk mendongkrak investasi di dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor secara utuh atau Completely Built Up (CBU). Dengan begitu, mobil listrik produksi lokal bisa lebih kompetitif dan menjaga investasi yang berkelanjutan.

Tak hanya untuk roda empat, Yannes juga menyoroti pentingnya insentif bagi kendaraan roda dua, khususnya untuk motor listrik. "Perlu segera on lagi insentif baru dengan besaran bervariasi menyesuaikan teknologi dan harga, agar industrinya dapat bernapas kembali," tandas Yannes.

Menyusun Usulan Insentif

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menginformasikan tengah memfinalisasi usulan kebijakan insentif bagi sektor otomotif. Usulan ini akan diajukan kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebagai bagian dari paket kebijakan fiskal tahun 2026 yang akan dibahas pemerintah.

Baca Juga: Ekspor Mobil Nasional Meningkat 9,08% hingga Oktober 2025, Ini Pemicunya

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan langkah ini diambil untuk mempercepat pemulihan dan penguatan industri otomotif nasional yang saat ini menghadapi tekanan daya beli di pasar domestik dan dinamika pasar global.

"Kami sedang menggodok kebijakan insentif dan stimulus untuk sektor otomotif yang akan kami ajukan untuk kebijakan fiskal 2026,” ungkap Agus pada pekan lalu.

Kemenperin tengah menyusun desain skema insentif dan stimulus yang paling tepat sasaran, baik untuk mendorong permintaan (demand side) maupun menjaga utilisasi produksi dan melindungi investasi industri (supply side).

Perumusan usulan insentif untuk 2026 juga mempertimbangkan transisi kebijakan yang sudah berjalan, terutama terkait kendaraan rendah emisi dan elektrifikasi.

Saat ini, insentif PPN DTP untuk kendaraan listrik berbasis baterai dan sebagian kendaraan bus telah diatur melalui kebijakan fiskal yang berlaku hingga 2025.

Agus bilang, usulan insentif 2026 akan disinergikan dengan agenda pengembangan ekosistem kendaraan listrik, termasuk rencana kelanjutan dan penyempurnaan insentif untuk pembelian motor listrik yang sebelumnya pernah diluncurkan pemerintah.

Selanjutnya: Prospek Telkom Indonesia (TLKM) Ditopang Rencana Spin Off, Cek Rekomendasi Analis

Menarik Dibaca: Ramalan Karier Zodiak Tahun 2026, Sagitarius dan Capricorn Harus Tetap Fokus!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×