kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pandemi berdampak pada rantai pasokan, begini pertahanan industri kopi


Jumat, 18 Desember 2020 / 23:07 WIB
Pandemi berdampak pada rantai pasokan, begini pertahanan industri kopi
ILUSTRASI. Biji kopi siap panen di perkebunan?kopi di Lintong, Sumatra Utara.


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak dapat dipungkiri lagi, pandemi covid-19 memberikan dampak besar pada rantai pasok kopi Indonesia. Irvan Helmi, Ketua Dewan Pengurus Sustainable Coffee Platform Indonesia (SCOPI) menyebut butuh sinergi banyak pihak untuk keberlanjutan industri kopi,

"Dalam 30 tahun mendatang kopi akan menjadi komoditas langka. Salah satu faktor kelangkaannya adalah climate change. Yaitu suhu udara yang tak mendukung pertumbuhan produksi kopi itu sendiri. Misalnya kopi jenis Arabica yang tadinya cocok ditanam di ketinggian dengan suhu udara cenderung dingin akan sulit bertahan lama akibat cuaca panas dan serangan hama,” ujarnya dalam webinar Kopi Tirto, Jumat (18/12)..

Menengok hal itu, dirinya berharap kepada masyarakat dan Pemerintah setempat bisa menjaga keberlangsungan produksi kopi. Pasalnya, Irvan mencatat sepanjang tahun 2008 sampai 2018, jumlah produksi kopi Indonesia meningkat dari 698 ton menjadi 722 ton.

Tak hanya itu, tingkat konsumsi domestik pun meningkat dari tahun 2008 sebanyak 155 ton kopi beranjak menjadi 314 ton kopi pada tahun 2018.

Hanya saja, pandemi yang melanda tanah air harus menurunkan tingkat konsumsi kopi lokal. Disebutkan beberapa kedai kopi lokal harus mengalami penurunan penjualan lebih dari 50%.

Baca Juga: BBJ membukukan rekor transaksi 9 juta lot tahun ini

Irvan pun berharap para pelaku usaha kopi memperkuat digitalisasi dan pemasarannya. Sebab, menurut catatannya, sejak wabah korona melanda hingga sekarang, ada kelebihan pasokan kopi yang mesti harus dijual.

“Untuk kopi arabika, beberapa gudang kopi masih memiliki stok kopi yang panen dari tahun lalu dan tahun ini. Dan tahun ini, para petani kembali panen, sehingga bisa kelebihan,” kata Irvan.

Disamping itu, Budi Rahardjo, Agriculture and Economic Development Manager Danone Indonesia mengungkapkan, kopi sebagai bagian dari tradisi masyarakat Indonesia perlu diperhatikan, mulai dari lingkungan tumbuhnya hingga kesejahteraan petaninya.

Karena itu, Danone-AQUA bersama Yayasan Nirudaya, sebuah organisasi nirlaba mengembangkan Kopi Tirto yang dibudidayakan dengan kaidah konservasi di berbagai daerah tangkapan air (catchment area) dengan ketinggian 400-1400 Dpl.

Budidaya Kopi Tirto telah melibatkan lebih dari 120 petani dampingan yang tersebar di wilayah Jempanang Badung (Bali), Wonosobo (Jawa Tengah), Pandaan (Jawa Timur) dan Tanggamus (Bandar Lampung).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×