Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
Baca Juga: Proyek Smelter Milik Mind Id Belum Terganggu Wabah Virus Korona
Oleh sebab itu, kata Meidy, para pelaku usaha nikel juga tengah menanti terbitnya aturan pemerintah yang mengatur tata niaga dan harga nikel domestik. Dalam catatan Kontan.co.id, pemerintah tengah dalam proses merampungkan regulasi di akhir bulan ini, supaya tata niaga nikel domestik sudah bisa diberlakukan pada bulan depan.
"Para penambang saat ini banyak dalam posisi diam tidak produksi, menunggu janji pemerintah untuk tata niaga nikel domestik," tutur Meidy.
Sayangnya, terkait dengan perkiraan penurunan produksi serta proyeksi volume ore nikel yang bisa diproduksi pada tahun ini, Meidy belum bisa menyampaikannya. Ia bilang, pihaknya harus terlebih dulu mengumpulkan informasi, baik dari Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang telah disetujui maupun potensi perubahan di tengah kondisi seperti ini.
"Secara persentase dan kapasitas produksi kami belum bisa update detailnya, harus mendapatkan data-datanya dulu," sebut Meidy.
Tak hanya ore, produksi dan penjualan produk olahan nikel pun terkendala. Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) Prihadi Santoso mengatakan, produksi Feronikel (FeNi) maupun Nikel Pig Iron (NPI) yang diolah di smelter dalam negeri telah mengalami penurunan.
Baca Juga: Konstruksi proyek smelter Alumina (SGAR) Antam-Inalum ditargetkan Mei tahun ini
Meski tak menyebut dengan detail, tapi Prihadi mengatakan secara teknis, ada beberapa smelter yang tidak bisa memaksimalkan kapasitas produksinya. Sebab, terkendala perlengkapan yang masih diimpor serta rotasi tenaga kerja yang masih sulit dilakukan.
Selain itu, penjualan FeNi/NPI pun tertekan harga dan permintaan yang merosot. Apalagi, ekspor FeNi/NPI Indonesia masih dominan dipasarkan ke China. Sayangnya, Prihadi tidak menyebutkan detail volume penjualan maupun proyeksi FeNi/NPI di sepanjang tahun ini.
"Permintaan agak menurun sedangkan harga sudah tertekan di pasar international. Mengenai itu (volume produksi dan penjualan) saya harus buka data dulu," kata Prihadi.
Dihubungi terpisah, Praktisi tambang dan smelter Arif S. Tiammar mengatakan, dampak pandemi Corona akan sangat terasa bagi produksi dan bisnis nikel. Sebab, permintaan dari pemakai nikel terbesar di dunia, yakni China, Uni Eropa, Amerika Serikat dan Rusia juga merosot.