Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Kondisi saat ini menurut Polana lebih memberikan peluang untuk mendorong jalan kaki dan bersepeda menjadi pilihan masyarakat bertransportasi untuk jarak -jarak yang terjangkau dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.
“Pemanfaatan Non Motorized Transportation juga dapat dilakukan pada tahapan first mile maupun last mile saat menggunakan angkutan umum massal,” tutur Polana.
Bahkan bagi para pengguna sepeda, saat ini BPTJ tengah menyiapkan fasilitas bagasi gratis bagi pengguna Jabodetabek Residence Connexion ( JR Connexion ) yang membawa sepeda lipat.
“Dengan rencana tersebut, pengguna bus yang tinggal di kawasan Jabodetabek dapat membawa sepeda untuk digunakan pada tahapan first mile dan last mile setelah menggunakan angkutan umum massal,” jelas Polana.
Acara webminar yang diselenggarakan BPTJ itu sendiri juga menghadirkan narasumber lain yaitu HS Dillon Sekjen Masyarakat Transportasi Indonesia serta dr. Cindiawaty seorang Spesialis Gizi Klinik. Dalam penyampaian materinya Harya S. Dillon juga menyetujui bahwa pandemi Covid-19 telah mengubah kultur masyarakat ketika bertransportasi.
Dillon juga menyarankan bahwa seluruh pemangku kepentingan dapat membuat standar operasional prosedur (SOP) dalam penanganan layanan transportasi publik seperti di tengah pandemi saat ini.
Baca Juga: PSBB Jakarta berlaku, Kemenhub tegaskan tidak ada penerapan SIKM
Sementara, dr. Cindiawaty mengungkapkan bahwa selain asupan gizi seimbang penerapan protokol kesehatan hendaknya dilaksanakan di setiap aktivitas, tidak hanya saat bertransportasi namun juga ketika melakukan kegiatan lainnya.
Selain itu, pandemi Covid-19 juga menjadi momentum BPTJ untuk melakukan berbagai pembenahan terkait layanan dengan memanfaatkan teknologi untuk menghadirkan layanan transportasi publik yang lebih sehat dan efisien.
“Contohnya melalui peluncuran layanan e- ticketing di Terminal Tipe A Jatijajar Depok dan aplikasi Lacak Trans oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia,” ujar Polana.