Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbas pandemi covid-19 masih terasa dampaknya pada sektor hulu migas, hal ini tercermin dari realisasi kinerja hingga kuartal III 2020.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengungkapkan realisasi lifting minyak dan gas bumi hingga September 2020 mencapai 1.689 ribu barel setara minyak (Barrel Oil Equivalent Per Day/boepd) atau setara 99,6% dari target Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2020 yakni 1.697 ribu boepd.
Merujuk data SKK Migas, realisasi lifting minyak sejatinya sukses melamapai target hingga 100,2% atau sebesar 706 ribu barel per hari (bph). Target dalam APBNP ditetapkan sebesar 705 ribu bph. Kendati demikian, lifting gas baru mencapai 5.502 juta kaki kubik per hari (MMscfd) atau 99% dari target APBNP 2020 sebesar 5.556 MMscfd.
Baca Juga: Kuasai blok Rokan, Pertamina bakal sumbang 70% produksi minyak nasional
Dwi menambahkan realisasi ICP US$ 42/barel, atau lebih tinggi dari yang digunakan pada saat penetapan APBN-P sebesar US$38/barel, sehingga menghasilkan penerimaan negara sebesar US$ 6,99 miliar atau 119% melebihi target APBN-P sebesar US$ 5,86 miliar.
"Munculnya COVID-19 gelombang ke-2 diperkirakan akan menyebabkan ICP rata-rata per tahun sebesar US$ 40/barel, sehingga outlook penerimaan negara dari sektor hulu migas di akhir 2020 akan mencapai US$ 7,21 miliar," ungkap Dwi dalam konferensi pers virtual, Jumat (23/10).
Di sisi lain, realisasi pembayaran cost recovery kepada kontraktor hingga September tercatat sebesar US$ 5,97 miliar atau setara 73,5% dari target yang ditetapkan sebesar US$ 8,12 miliar.
Dwi melanjutkan, dampak pandemi covid-19 turut menggerus realisasi investasi hulu migas tahun ini yang baru mencapai US$ 6,9 miliar. Padahal, semula target investasi hulu migas tahun ini mencapai US$ 13,8 miliar.
Baca Juga: SKK Migas kaji penambahan split KKKS Pertamina
Kondisi investasi yang tertekan menurut Dwi membuat outlook investasi investasi hulu migas di akhir tahun diprediksi sebesar US$ 11,1 miliar.
"Covid memberikan dampak pada penundaan beberapa proyek, pengurangan investasi. Dengan harga jual yang turun cashflow akan terpengaruh, dana akan lebih difokuskan pada blok yang produktif. Secara global diperkirakan penurunan investasi migas sekitar 30%," pungkas Dwi.
Selanjutnya: Pengeboran Blok Rokan bisa mundur ke awal Desember 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News