Reporter: Handoyo | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Jagung impor akan membanjiri Indonesia, khususnya untuk kebutuhan pakan ternak. Soalnya, musim panen raya sudah berakhir. Namun, hasil panen jagung tahun ini lebih rendah dari tahun lalu. Untuk memenuhi kebutuhan jagung di dalam negeri, impor jagung jadi pilihan.
Menurut Maxdeyul Sola, Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional (DJN), Indonesia tetap tergantung pada jagung impor pada tahun ini. Mengacu pada angka ramalan (Aram) III Badan Pusat Statistik (BPS), panen jagung tahun 2011 hanya 17,23 juta ton. Jumlah itu lebih sedikit ketimbang produksi tahun 2010 sebesar 18,33 juta ton.
Hanya, meskipun panen raya sudah berakhir, tetapi masih ada daerah lain yang masih menghasilkan jagung. Menurut Sola, panenan tambahan itu akan meningkatkan produksi jagung menjadi sekitar 18 juta-19 juta ton.
Tetapi, kebutuhan jagung di dalam negeri pada tahun ini mencapai 22 juta ton. Karena itu, mau tidak mau, produsen pakan ternak harus menambah pasokan dari impor.
Realisasi impor jagung hingga Oktober 2011 sudah mencapai 2,9 juta ton. "Impor tahun ini pasti lebih besar dari tahun lalu," kata Sola, akhir pekan lalu.
Impor jagung sendiri sebenarnya sebenarnya cenderung menurun dalam beberapa bulan terakhir. Oktober 2011, volume impor jagung hanya sekitar 134.360 ton, terendah sejak Juni. Volume impor jagung di bulan September 175.620 ton, lalu di bulan Agustus 181.523 ton, Juli 409.768 ton, dan di bulan Juni lalu 554.920 ton.
Sebagian besar jagung impor tersebut berasal dari Argentina. Negara itu berkontribusi sekitar 70% terhadap total volume impor per bulan. Kemudian disusul India, yang berkontribusi sekitar 10%.
Impor pada bulan Oktober menurun karena, pada bulan tersebut sedang berlangsung panen raya. Namun, kini panen raya sudah berakhir.
Kini impor jagung mulai mengalir. Seperti yang terpantau oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), jagung impor sudah masuk melalui Pelabuhan Belawan, Sumatra Utara (Sumut) sebanyak 5.400 ton pada awal Desember ini. Jagung tersebut berasal dari India.
Analisis Bappebti, aktivitas impor tersebut akan terus meningkat hingga akhir tahun ini. Tren impor jagung itu semakin terdorong dengan melemahnya harga komoditas itu di pasar internasional. Berdasarkan data Bloomberg, harga jagung di Chicago Board of Trade (CBOT) untuk pengiriman Desember 2011 pada Jumat (9/12) US$ 5,85 per gantang, turun 11,35% dari awal November yang mencapai US$ 6, 60 per gantang.
Asal tahu saja, industri pakan ternak menggunakan jagung sebanyak 5,5 juta ton pada tahun ini. Dari jumlah itu, sebanyak 3 juta ton bersumber dari jagung impor, sedang sisanya dipenuhi dari jagung produk lokal.
Harga pakan tetap
Hanya saja, penurunan harga jagung di pasar internasional itu tampaknya tidak akan berpengaruh banyak pada harga pakan ternak. "Harga pakan ternak tetap di kisaran Rp 5.000 per kilogram (kg), stabil dalam tiga bulan terakhir," kata Sudirman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT).
Soalnya, setiap perusahaan sudah memiliki stok yang berasal dari jagung dengan harga yang lebih mahal. Apalagi, harga jagung di dalam negeri malah naik.
DJN mencatat, harga jagung di tingkat petani pada awal Desember ini sekitar Rp 2.400 per kg, naik 9% dibandingkan November lalu Rp 2.200 per kg. Sementara di tingkat pabrik naik dari Rp 2.800 menjadi Rp 3.000 per kg.
Faktor lain yang mempengaruhi harga adalah bahan-bahan campuran lain yang justru makin mahal. "Meskipun harga bahan baku utama turun, tapi kalau bahan baku pendukungnya semakin mahal, harga pakan ternak tidak bakal turun," kata Sola.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News