kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pangan Belum Berdaulat, Impor Gandum Indonesia Tembus 100%


Kamis, 14 Maret 2024 / 15:01 WIB
Pangan Belum Berdaulat, Impor Gandum Indonesia Tembus 100%
ILUSTRASI. Bulir gandum di ladang perusahaan pertanian Solgonskoe di Talniki, Rusia, 28 Agustus 2016. Pangan Belum Berdaulat, Impor Gandum Indonesia Tembus 100%


Reporter: Aurelia Lucretie | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketergantungan Indonesia terhadap bahan pokok dari luar negeri masih sangat tinggi. 

Menurut Andreas Santoso, Guru Besar di IPB, pada hari Kamis (14/3), pemenuhan bahan pokok di Indonesia masih sangat bergantung pada impor.

Dia mencatat bahwa sebagian besar kebutuhan dalam negeri diisi melalui impor, seperti gandum yang mencapai 100%, kedelai 97%, gula 70%, daging sapi 50%, dan bawang putih 100% impor dari China.

Baca Juga: Harga Pangan Naik Saat Ramadan hingga Lebaran, Mentan: THR Bagi Petani dan Peternak

Andreas juga mengungkapkan bahwa jumlah usaha pertanian perorangan mengalami penurunan dari 31,71 juta unit menjadi 29,34 juta unit, atau turun sebesar 7,47%. 

Sementara itu, rumah tangga yang mengandalkan pertanian sebagai sumber pangan mengalami penurunan sebesar 12,28%, holtikultura 10,44%, dan perkebunan 14,82%. 

Penurunan signifikan ini terjadi di Pulau Jawa.

"Selama 25 tahun terakhir, tidak ada satupun proyek food estate yang berhasil, termasuk rice estate di Merauke seluas 1,2 juta hektar dan food estate tahun 2020," ujar Andreas dalam Acara Temu Ilmiah Universitas Se-jabodetabek pada hari Kamis (14/3).

Baca Juga: Lonjakan Harga Pangan di Bulan Ramadan Dikhawatirkan Hambat Pertumbuhan Ekonomi

Andreas menyatakan bahwa semua program food estate memiliki konsep yang salah dan pelaksanaannya melanggar prinsip-prinsip akademik. 

Baginya, perbaikan sektor pertanian harus dilakukan oleh para profesional, bukan hanya membagi kekuasaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×