kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Para Konglomerat Ini Raih Cuan Jumbo dari Investasi di Sektor Batubara


Jumat, 30 Desember 2022 / 20:32 WIB
Para Konglomerat Ini Raih Cuan Jumbo dari Investasi di Sektor Batubara
Taipan Low Tuck Kwong orang terkaya Indonesia versi Majalah Forbes, pemilik saham mayoritas PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Para Konglomerat Ini Raih Cuan Jumbo dari Investasi di Sektor Batubara.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

Dengan hasil tersebut, maka aset kekayaan TP Rachmat tumbuh dari Rp 1,83 triliun pada 30 Desember 2021 menjadi Rp 3,13 triliun pada 30 Desember 2022. Sementara itu, nilai kekayaan Boy Thohir meningkat dari Rp 4,45 triliun pada akhir 2021 menjadi Rp 7,62 triliun. 

Tetapi, tidak semua hasil investasi TP Rachmat dan Boy Thohir mentereng pada 2022. Sebagai contoh, harga saham PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) yang terafiliasi dengan Triputra Group milik TP Rachmat anjlok 76,66% (yoy) ke level Rp 775 per saham pada Jumat (30/12).

Boy Thohir juga terpaksa merugi akibat investasinya di saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang terjun 76,18% ke level Rp 91 per saham hingga hari ini. Di GOTO, Boy Thohir secara langsung memiliki 1,05 miliar saham (0,09%) emiten tersebut atau senilai Rp 95,55 miliar.

Baca Juga: Harga Batubara Memanas, SGER Kerek Target Pendapatan Jadi Rp 10 Triliun

Founder & CEO Emtrade Ellen May menilai, aset kekayaan sejumlah konglomerat cukup banyak ditopang oleh kenaikan harga saham emiten-emiten komoditas, khususnya batubara. 

Saham di sektor tersebut juga cukup membantu pergerakan IHSG sepanjang tahun ini di tengah berbagai sentimen negatif seperti perlambatan ekonomi.

Besar kemungkinan, tren kenaikan harga saham batubara akan berlanjut pada 2023, sehingga kembali menguntungkan bagi para taipan yang berinvestasi pada sektor tersebut. 

“Mungkin potensi koreksi harga saham batubara tetap ada, tapi secara umum masih normal,” kata dia, Jumat (30/12).

Baca Juga: Menakar Kekayaan TP Rachmat dari Saham, Nilai Asetnya Pada 2022 Tembus Rp 30 Triliun

Di sisi lain, taipan yang fokus berbisnis dan berinvestasi di sektor industri terkait manufaktur tampak harus lebih bersabar. Sebab, sektor ini cukup terdampak oleh tren kenaikan inflasi yang dapat memicu pelemahan ekonomi. 

 

Namun begitu, sentimen negatif tersebut diyakini hanya bersifat temporer. Sebab, ada kemungkinan perekonomian Indonesia bakal lebih baik ketika memasuki kuartal II-2023. “Ini karena suku bunga acuan diprediksi mulai ditahan pada area tersebut,” tandas Ellen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×