Reporter: Agung Hidayat | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Ronny Titiheruw, Direktur PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) mengatakan industri minuman malt berkorelasi dengan industri pariwisata. "Tempat pariwisata sangat penting karena menunjang penjualan kami, contohnya Bali yang banyak wisatwan baratnya," ujarnya kepada KONTAN (1/8).
Ronny mengakui, bahwa penjualan bir produksi DLTA masih didominasi oleh kawasan Bali dan Jawa. "Paling dominan masih di area tersebut," katanya. Sayang ia enggan menyebutkan berapa porsi di kawasan wisata tersebut.
Sepanjang semester satu tahun ini, DLTA mencatatkan penjualan sebesar Rp 723 miliar. Angka tersebut menurun 11% jika dibandingkan dengan penjualan semester satu tahun lalu yang Rp 820 miliar.
Menyoal turunnya penjualan, Ronny menjelaskan daya beli masyarakat yang lemah turut mempengaruhi kinerja perusahaannya. "Apalagi pertumbuhan ekonomi juga tidak terlalu baik," sebutnya.
Oleh karena itu, kata Ronny, perseroan melakukan efisiensi terus-menerus. "Kami pun memaksimalkan penjualan di area wisata, juga menekan biaya yang tidak perlu," ungkapnya. Peminimalisiran beban produksi dan penjualan tersebut terbukti efektif mengerek keuntungan.
Laba bersih terkerek naik 17%, dari Rp 106 miliar menjadi Rp 125 miliar. Jika melihat laporan keuangannya, hal ini dipengaruhi semakin kencangnya ikat pinggang perseroan dengan menurunkan beban pokok penjualan 22% menjadi Rp 96 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News