Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Tren pelemahan harga batubara dunia yang belum berakhir membuat perusahaan pertambangan pusing tujuh keliling. Demi mengamankan kinerja, PT Toba Bara Sejahtra Tbk memasang dua strategi. Manajemen perusahaan itu mengaku dua strategi yang dilakoni sejak 2013 itu membuat mereka mampu bertahan.
Strategi pertama, menekan biaya operasional agar bisa memenuhi target margin. Caranya dengan menggunakan infrastruktur bersama di area konsesi tambang. Kebetulan, ketiga konsesi tambang batubara Toba Bara terletak bersebelahan. "Infrastructure sharing di antara ketiganya bisa menekan beban biaya," ujar Priambodo Corporate Communication Manager Toba Bara, Selasa (25/11) lalu.
Asal tahu saja, tiga konsesi batubara Toba Bara berada di Kalimantan Timur, meliputi PT Adimitra Baratama Nusantara, PT Indomining, dan PT Trisensa Mineral Utama.
Kedua, menjalin kerjasama jual-beli batubara dengan harga tetap. Harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) batubara Toba Bara selama sembilan bulan pertama tahun ini adalah US$ 64,1 per ton.
Perusahaan yang tercatat dengan kode TOBA di Bursa Efek Indonesia itu melempar produksi batubara ke luar negeri. Perinciannya, 36,2% ke pasar Cina, 18,5% ke Taiwan dan 15,1% ke pasar India. Lantas sisanya diekspor ke Jepang, Hong Kong, Vietnam, Thailand dan Malaysia. "Kontraknya bervariasi, ada yang di bawah satu tahun dan ada yang lebih dari satu tahun," kata Priambodo.
Hingga September 2014, Toba Bara memproduksi 6,4 juta ton batubara. Perusahaan itu menargetkan total produksi 2014 mencapai 7,2 juta ton–7,8 juta ton batubara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News