kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pasar batubara masih menantang, dua emiten tambang ini belum berencana revisi RKAB


Kamis, 11 Juni 2020 / 15:40 WIB
Pasar batubara masih menantang, dua emiten tambang ini belum berencana revisi RKAB
ILUSTRASI. PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS), anak perusahaan Sinar Mas Group atau Sinarmas di bidang pertambangan batubara.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan harga batubara ditambah adanya pandemi corona di atas kertas berpotensi mempengaruhi kinerja bisnis perusahaan tambang batubara di sisa tahun ini. Namun, hal tersebut tidak serta merta membuat produsen batubara langsung mengajukan revisi Rancangan Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).

PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) misalnya. Emiten grup Sinarmas tersebut sejauh ini masih fokus berupaya meraih target produksi batubara sebanyak 27,2 juta ton pada tahun 2020. Hingga akhir kuartal I-2020, perusahaan ini memproduksi 8,4 juta ton batubara atau tumbuh 18% (yoy) secara tahunan.

Tak hanya itu, GEMS juga tetap fokus menjalankan agenda bisnisnya di tahun ini seperti penambahan fasilitas pelabuhan batubara dan hauling road. Guna membiayai agenda tersebut, GEMS menyiapkan capital expenditure (capex) atau belanja modal sebesar US$ 17 juta di tahun ini. Adapun per kuartal pertama lalu, GEMS sudah menyerap belanja modalnya sebanyak US$ 3,4 juta.

Baca Juga: Golden Energy Mines (GEMS) optimistis sanggup pertahankan kinerja mentereng di 2020

Sekretaris Perusahaan PT Golden Energy Mines Tbk Sudin Sudirman mengaku, pihaknya masih terus mencermati perkembangan pasar batubara dalam beberapa waktu ke depan. Alhasil, untuk saat ini GEMS belum akan mengajukan perubahan RKAB kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

“Manajemen belum memutuskan, masih melihat perkembangan dulu,” kata dia, Kamis (11/6).

Sekadar catatan, GEMS mencatatkan kinerja keuangan positif di kuartal I-2020. Saat itu, penjualan mereka tumbuh 17,66% (yoy) menjadi US$ 316,65 juta dan laba bersihnya melonjak 54,61% (yoy) menjadi US$ 33,15 juta.

Dalam berita sebelumnya, Sudin menyatakan, GEMS akan melanjutkan lagi strategi efisiensi pada kuartal-kuartal selanjutnya seiring belum menentunya kondisi pasar batubara.

Sementara itu, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga masih berpegang pada target produksi batubara yang ditetapkan di awal yakni sekitar 85 juta ton—90 juta ton pada tahun 2020. 

Adapun estimasi harga jual batubara produksi BUMI berada di kisaran US$ 46 per ton—US$ 49 per ton dan biaya operasi sekitar US$ 32 per ton hingga US$ 34 per ton.

Potensi tercapainya target tersebut masih terbuka mengingat di kuartal pertama lalu produksi batubara BUMI tumbuh 3% (yoy) menjadi 21,5 juta ton.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava menyampaikan, pihaknya belum memikirkan revisi RKAB periode tahun ini sekaligus masih percaya terhadap kemampuan produksi perusahaan terkini. Namun begitu, ia berharap pemerintah tetap mempertahankan target produksi batubara nasional sepanjang tahun ini yang dipatok 550 juta ton.

Ia memastikan, jika memang revisi RKAB perlu dilakukan, manajemen BUMI akan mengikuti prosedur dan persyaratan lengkap yang ditetapkan oleh pemerintah. 

Baca Juga: Harga batubara tertekan, Bumi Resources (BUMI) belum revisi target produksi

Di samping itu, lanjut Dileep, BUMI akan fokus mengurus perpanjangan izin Perjanjian Kontrak Pengusahaan Pertambangan Batubara dua anak usahanya PT Arutmin Indonesia dan PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang akan habis masing-masing pada 1 November tahun 2020 dan 31 Desember 2021.

“Kami berharap ada keputusan dari otoritas untuk mengubah PKP2B menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK),” ujar dia, Kamis (11/6).

Tak ketinggalan, manajemen BUMI juga berupaya memperbaiki kinerja keuangannya di sisa tahun ini. Caranya melalui efisiensi biaya dan optimalisasi diversifikasi pendapatan non batubara yang dijalani anak usaha yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).

Sebagai informasi, di kuartal I-2020 lalu BUMI mengalami kerugian bersih sebanyak US$ 35,1 juta. Di periode serupa, pendapatan bersih BUMI juga turun sebesar 4% (yoy) menjadi US$ 1,07 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×