Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
Adapun estimasi harga jual batubara produksi BUMI berada di kisaran US$ 46 per ton—US$ 49 per ton dan biaya operasi sekitar US$ 32 per ton hingga US$ 34 per ton.
Potensi tercapainya target tersebut masih terbuka mengingat di kuartal pertama lalu produksi batubara BUMI tumbuh 3% (yoy) menjadi 21,5 juta ton.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava menyampaikan, pihaknya belum memikirkan revisi RKAB periode tahun ini sekaligus masih percaya terhadap kemampuan produksi perusahaan terkini. Namun begitu, ia berharap pemerintah tetap mempertahankan target produksi batubara nasional sepanjang tahun ini yang dipatok 550 juta ton.
Ia memastikan, jika memang revisi RKAB perlu dilakukan, manajemen BUMI akan mengikuti prosedur dan persyaratan lengkap yang ditetapkan oleh pemerintah.
Baca Juga: Harga batubara tertekan, Bumi Resources (BUMI) belum revisi target produksi
Di samping itu, lanjut Dileep, BUMI akan fokus mengurus perpanjangan izin Perjanjian Kontrak Pengusahaan Pertambangan Batubara dua anak usahanya PT Arutmin Indonesia dan PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang akan habis masing-masing pada 1 November tahun 2020 dan 31 Desember 2021.
“Kami berharap ada keputusan dari otoritas untuk mengubah PKP2B menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK),” ujar dia, Kamis (11/6).
Tak ketinggalan, manajemen BUMI juga berupaya memperbaiki kinerja keuangannya di sisa tahun ini. Caranya melalui efisiensi biaya dan optimalisasi diversifikasi pendapatan non batubara yang dijalani anak usaha yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
Sebagai informasi, di kuartal I-2020 lalu BUMI mengalami kerugian bersih sebanyak US$ 35,1 juta. Di periode serupa, pendapatan bersih BUMI juga turun sebesar 4% (yoy) menjadi US$ 1,07 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News