Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar batubara yang masih tak menentu mengharuskan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) melakukan penyesuaian strategi usaha agar bisa lebih adaptif terhadap perkembangan kondisi pasar.
DOID pun kini fokus pada optimalisasi penggunaan aset dan efisiensi biaya operasional. Selain itu, emiten kontraktor jasa pertambangan batubara melalui anak usahanya PT Bukit Dunia Makmur Mandiri Utama (BUMA) ini juga melakukan penyelarasan kapasitas produksi dengan kondisi pasar. Manajemen DOID juga menyatakan bahwa pihaknya memastikan tingkat likuiditas yang sustainable, serta meminimalisasi pembelanjaan modal.
Baca Juga: Cetak rugi, Bumi Resources (BUMI) tetap bayar cicilan utang US$ 6,51 juta
Pada tahun ini, belanja modal atau capital expenditure (capex) DOID pun bakal diperketat sehingga bisa lebih mini dibandingkan realisasi capex dari tahun 2019 lalu. Sayangnya, manajemen DOID tidak merinci berapa proyeksi capex yang akan dipakai pada tahun ini.
"Penurunan volume produksi di tahun 2019 serta belum pulihnya keadaan pasar batubara juga mendorong Perseroan untuk memperketat kebijakan belanja modalnya. Sehingga pembelanjaan modal tahun 2020 diharapkan berada pada tingkat yang jauh lebih rendah dibanding tingkat pembelanjaan modal tahun 2019," ungkap rilis resmi yang diterima Kontan.co.id, Kamis (9/7).
Sejatinya, DOID sudah menurunkan tingkat belanja modalnya sejak tahun lalu. Pada tahun 2019, capex DOID tercatat US$ 73 juta, jauh menurun dibandingkan belanja modal di tahun 2018 yang sebesar US$ 305 juta.
Penurunan tersebut tak lepas dari telah selesainya proses pembaruan alat-alat berskala besar setelah penganggaran belanja modal yang cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Kinerja ciamik, ABM Investama (ABMM) berhasil cetak laba bersih di kuartal I-2020
Dari sisi operasional, sepanjang tahun 2019 DOID membukukan volume overburden removal sebesar 380,1 juta bcm dan volume batubara 50 juta ton. Meski volume overburden removal menurun sebesar 3%, namun volume batubara mengalami kenaikan 18% dibanding 2018.
Sedangkan dari sisi kinerja finansial, pendapatan bersih yang dicatatkan DOID di 2019 kurang lebih sama dengan tahun 2018, yakni sebesar US$ 882 juta. Sedangkan laba bersih pada 2019 tercatat sebesar US$ 20 juta.
Adapun, EBITDA mengalami penurunan sebesar 21% menjadi US$ 236 juta dengan marjin EBITDA 28,6%. Sedangkan pada 2018 DOID mencetak US$ 298 juta dengan marjin EBITDA 36,2%.
Baca Juga: Saham Adaro (ADRO) Dibayangi Kelesuan Harga Batubara, Begini Rekomendasi Analis
"Faktor utama penurunan EBITDA adalah kenaikan beban Perseroan, yang telah melakukan peningkatan kapasitas produksi dalam mempersiapkan pertumbuhan produksi yang diantisipasi akan terjadi di tahun 2019," jelas manajemen DOID dalam rilisnya.
Namun karena kondisi pasar batubara yang terus mengalami tekanan, maka volume produksi tidak mencapai pertumbuhan yang diharapkan. DOID pun telah memulai penyesuaian kapasitas usaha pada akhir 2019, yang hasilnya ditargetkan dapat terlihat pada tahun 2020 ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News