Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pagebluk corona (Covid-19) memukul kinerja pelaku industri baja di dalam negeri, tidak terkecuali PT Gunung Raja Paksi Tbk. Meski begitu, emiten baja berkode saham “GGRP” tersebut telah menyiapkan beberapa strategi untuk menghadapi pasar yang melesu.
Salah satu strategi yang dilakukan diantaranya yakni mengoptimalkan efisiensi kinerja. Untuk mengimplementasikan strategi ini, GGRP telah menutup 1 dari 2 line Beam Plant untuk produksi produk IWF dan HBeam serta menutup 1 line dari 2 line Wire Rod Mill untuk produk Beton dan Wire Rod Product. Sementara itu, 11 unit bisnis lainya masih tetap berproduksi seperti biasnanya.
Pelaksana Tugas Presiden Direktur PT Gunung Raja Paksi Tbk, Abednedju Giovano Warani Sangkaeng menuturkan, permintaan produk-produk yang dihasilkan oleh kedua unit bisnis Beam Plant dan Wire Rod Mill cenderung mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Baca Juga: Perluas pasar mancegara, Gunung Raja Paksi (GGRP) lakukan ekspor perdana ke Kanada
“Daripada kami produksi terus untuk stop dan akhirnya menambah inventory kami yang tidak terjual, lebih baik orang-orangnya itu kami alokasikan ke unit lain yang penjualan produknya masih baik,” jelas Abednedju saat ditemui usai acara pelepasan ekspor perdana perusahaan ke Kanada, Kamis (27/8).
Selain mengejar efisiensi, perusahaan juga berupaya menekan laju penurunan permintaan di pasar domestik dengan cara memacu penjualan ekspor.
Maklum, sebagian besar penjualan perusahaan di pasar domestik menyasar segmen pasar proyek mulai dari pembangunan jembatan, jalan, pelabuhan, dan lain-lain.
Porsinya mencapai 80% dari total penjualan domestik perusahaan, sedang 20% sisanya menyasar segmen pasar ritel. Sementara itu, penjualan domestik sendiri saat ini berkontribusi sekitar 95% dari total penjualan.
Menjelang Mei 2020 lalu, penjualan produk ke pasar domestik cukup lesu, sebab pandemi corona yang mewabah di Indonesia membuat sejumlah proyek infrastruktur mengalami penundaan. Akibatnya, serapan produk-produk baja perusahaan di segmen proyek ikut tersendat.
Tercatat dalam laporan keuangan perusahaan, penjualan neto GGRP mengalami penurunan hingga 16,77% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula US$ 379,27 juta di semester I 2019 menjadi US$ 315,65 juta di semester I 2020.
Seturut penurunan pada sisi penjualan neto, rugi bersih perusahaan membengkak menjadi US$ 10,80 juta. Sebelumnya, rugi bersih perusahaan tercatat hanya mencapai US$ 2,20 juta.
Oleh karenanya, GGRP merambah target pasar ekspor baru dengan melakukan ekspor terhadap 4.600 ton structural steel atau struktur baja ke Vancouver, Kanada pada Kamis (27/8). Ini merupakan ekspor perdana perusahaan ke negara tersebut.
Nilai dari ekspor adalah sebesar Rp 69 miliar atau setara dengan kurang lebih US$ 4,7 juta. Harapannya, ekspor ke Kanada bisa menjadi kegiatan ekspor rutin pada periode-periode berikutnya.
Baca Juga: Transformasi digital jadi solusi Gunung Raja Paksi (GGRP) hadapi krisis karena corona
“Kita sudah ketahui bersama bahwa pasar domestik lesu, tapi alhamdulillah kami bisa membuka peluang untuk ekspor,” imbuh Abednedju.
Ke depan, GGRP masih akan kembali menjajaki peluang ekspor ke Malaysia dan Selandia Baru dalam waktu dekat. Sebelumnya, kedua negara tersebut memang sudah pernah menjadi target pasar ekspor perusahaan.
Dengan adanya upaya-upaya ini, GGRP berharap mampu menahan laju penurunan penjualan agar terjaga di bawah 20% dibanding realisasi tahun sebelumnya. Perusahaan berharap, pasar baja nasional bisa segera pulih pada tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News