kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pasar domestik lesu, IKAI mencari pasar ekspor


Senin, 19 Oktober 2015 / 10:22 WIB
Pasar domestik lesu, IKAI mencari pasar ekspor


Reporter: Mimi Silvia | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk ingin meningkatkan porsi penjualan ekspor menjadi 15%-20% tahun ini. Produsen ubin porselen merek Essenza tersebut ingin mengompensasi lesu pasar properti di dalam negeri yang membikin permintaan produk keramik ikut susut.

Manajemen Intikeramik masih mempertimbangkan tujuan pangsa ekspor yang akan dipilih. Pilihan mereka yakni Amerika Serikat (AS), Korea Selatan serta negara-negara di kawasan Asia Timur dan Timur Tengah. "Saat ini semua negara ini statusnya masih dalam penjajakan," ujar Vincentius, Corporate Secretary PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk kepada KONTAN, Jumat (16/10).

Patut diketahui, penjualan domestik masih mendominasi pendapatan Intikeramik. Tahun 2014 kemarin, penjualan domestik tercatat Rp 233,57 miliar atau setara dengan kontribusi 89,04% terhadap total penjualan Rp 262,32 miliar. Porsi sisanya sebesar 10,96% atau Rp 28,75 miliar barulah dari penjualan ekspor.

Porsi penjualan ekspor itu hanya sedikit membesar pada catatan keuangan semester I-2015. Pada periode tersebut, penjualan ekspor tercatat Rp 9,73 miliar atau setara dengan kontribusi 11,10% terhadap total penjualan Rp 87,64 miliar. Selebihnya, 88,90% dari penjualan domestik yakni Rp 77,91 miliar.

Informasi saja, Intikeramik memiliki anak perusahaan di California, Amerika Serikat yakni PT Internusa Ceramic Inc. Tugas Internusa mendistribusikan produk Intikeramik ke pasar negara tersebut.

Kontribusi gemuk pendapatan dari dalam negeri tersebut, tak menguntungkan tatkala kondisi pasar keramik dalam negeri tengah lesu seperti saat ini. Perusahaan yang tercatat dengan kode IKAI di Bursa Efek Indonesia tersebut, memperkirakan produksi keramik mereka bakal susu 30% dibandingkan dengan tahun lalu.

Sepanjang tahun 2014, Intikeramik memproduksi sekitar 2.500.000 meter persegi (m²) keramik. Itu berarti, jumlah produksi keramik perusahaan itu hingga akhir tahun 2015 yakni 1.750.000 m² keramik.

Nah, dengan meningkatkan pasar ekspor, Intikeramik berharap ke depan bisa memperkecil risiko lesu penjualan domestik. Keuntungan lain;  potensi mengantongi pendapatan dalam dollar AS.

Beban produksi tinggi

Meski peningkatan kontribusi ekspor perlu dilakukan, Intikeramik mengaku pemilihan tujuan ekspor baru, tak bisa dilakukan seketika. "Kami coba mencari potensi baru di pasar ekspor, tetapi tentu butuh waktu," alasan Vincentius

Asal tahu saja, hasrat menambah tujuan pasar ekspor tersebut sejatinya mendapatkan dukungan internal. Sebab, sejak akhir tahun lalu Intikeramik memasang dua mesin baru, yakni mesin Sacmi Hydraulid Press PH 3000 Module dan SINID Squaring and Chamfering Machine. Kedua mesin ini buatan Italia. Pemasangan mesin baru itu bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja produksi.

Berdasarkan catatan keuangan semester I-2015, kapasitas produksi konsolidasi Intikeramik yang dimanfaatkan pada periode tersebut sekitar 40% dari kapasitas terpasang. Catatan pemanfaatan kapasitas produksi alias tingkat utilisasi produksi tersebut tak berubah sejak akhir Desember 2014.

Di luar upaya memperbesar pasar ekspor, nyaris tak ada yang bisa dilakukan Intikeramik di dalam negeri. Perusahaan tersebut hanya berharap mukjizat segera menghampiri kondisi pasar properti dalam negeri. Selanjutnya, perbaikan pasar properti bisa memberikan efek domino positif bagi  penjualan mereka.

Harapan Intikeramik lain yakni nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menjadi lebih stabil agar biaya produksi perusahaan juga turut stabil. Asal tahu saja, saat rupiah terpapar, biaya produksi perusahaan tersebut membengkak.

Sebab, 30% bahan baku produksi Intikeramik masih harus diimpor. Ini semakin diperberat oleh kenaikan biaya proses produksi. "Kami berharap pemerintah membantu dalam mengurangi cost produksi, segera turunkan gas, listrik, dan BBM," kata Vincentius.

Perlu diketahui, hingga semester I-2015, Intikeramik belum bisa memperbaiki catatan bottom line. Perusahaan itu masih mencatatkan kerugian sebesar Rp 20,53 miliar. Catatan kerugian tersebut bahkan membesar dibandingkan dengan semester I-2014 yang sebesar Rp 2,6 miliar.

Sementara kerugian Intikeramik pada tahun 2014 yakni Rp 26,51 miliar. Setahun sebelumnya, mereka mengantongi kerugian Rp 25,69 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×