Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Produsen keramik PT Intikeramika Alamsari Industri (IKAI) mengaku tidak kena dampak pelambatan properti. Pasalnya pasar mereka kebanyakkan properti atau perumahaan kelas menengah ke atas yang tidak sensitif dengan sentimen dan kebijakkan peroperti pemerintah.
"Belum ada pelambatan di perusahaan kami. Masih seperti biasa," ujar Vincentius An Eng, Corporate Secretary IKAI pada Jumat (13/6).
Ia beralasan, penurunan permintaan keramik akibat perlambatan properti itu terjadi di proyek properti atau perumahan kelas menengah ke bawah. Pasalnya di segmen tersebut, sangat sensitif dengan adanya aturan kebijakkan properti seperti loan to value (LTV) dan BI Rate. Sedangkan portofolio IKAI sebesar 60% di proyek properti atau perumahan kelas menengah ke atas, sisanya baru perumahan kelas menengah ke bawah.
Vincentius menjelaskan bahwa konsumen kelas menengah tidak sensitif terhadap kebijakkan properti pemerintah. Ketika mereka butuh rumah atau properti ya beli saja, karena kebutuhan mereka.
Ia juga menjelaskan tidak terjadi penurunan kapasitas produksi dan masih mematok target produksi sebesar 3 juta meter persegi dalam setahun. Adapun kapasitas produksi pabrik IKAI di Tangerang adalah sebesar 6,6 juta m2. Sementara itu target tahun ini perusahaan menargetkan penjualan sebesar Rp 310 miliar
Ia menjelaskan sampai dengan kuartal kedua tahun ini pasar IKAI masih cukup baik, bahkan pihaknya optimistis dapat mencatatkan pertumbuhan 20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Catatan saja, pada kuartal kedua tahun lalu perusahaan mencatat pendapatan sebesar Rp 92,20 miliar. Maka pada kuartal kedua tahun ini perusahaan mengestimasikan pendapatan sebesar Rp 110,64 miliar.
Untuk diketahui saja, sejak tahun lalu, Bank Indonesia mengeluarkan sejumlah kebijakkan yang digunakan untuk menekan laju pertumbuhan property. Kebijakkan itu antara lain kebijakkan uang muka dan angsuran (loan to value), dan kebijakkan meningkatkan suku bunga kredit. Hasilnya, laju kencang pertumbuhan property berhasil ditekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News