kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.456   40,00   0,24%
  • IDX 6.852   35,82   0,53%
  • KOMPAS100 992   7,47   0,76%
  • LQ45 770   6,20   0,81%
  • ISSI 217   1,01   0,47%
  • IDX30 400   3,42   0,86%
  • IDXHIDIV20 475   0,88   0,19%
  • IDX80 112   0,83   0,75%
  • IDXV30 115   0,31   0,27%
  • IDXQ30 131   0,81   0,62%

Pasar memanas, produksi popok lemas


Kamis, 13 Oktober 2016 / 12:39 WIB
Pasar memanas, produksi popok lemas


Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Persaingan bisnis popok semakin memanas. Banyaknya pemain baru yang hadir di bisnis popok serta adanya ekspansi bisnis dari pemain yang eksisting menyebabkan pasar popok semakin basah. Alhasil, persaingan bisnis untuk memikat konsumen pun terjadi.

Untuk merebut pangsa pasar tersebut, produsen popok mengeluarkan jurus andalan. Bagi produsen yang menguasai pasar, setidaknya akan berusaha menjaga pangsa pasar mereka. Adapun produsen popok lainnya tentu berusaha keras merebut pasar tersebut.

Salah satu cara yang rajin dilakukan produsen popok adalah, fokus menggarap pasar popok  segmen ritel modern. Namun, cara produsen menguasai pasar untuk ritel modern tersebut rawan kecurangan. "Persaingan popok domestik tak sehat," kata Edison Bong, Direktur Bisnis dan Pemasaran PT Graha Kerindo Utama kepada KONTAN, Rabu (12/10).

Perlu diketahui, perusahaan Grup Kompas Gramedia yang tentu saja terafiliasi KONTAN tersebut sempat berbisnis popok. Tapi usaha tersebut dihentikan karena alasan persaingan pasar yang tak sehat. "Pembelian stok terakhir bulan Juni 2015. Sekarang kami sedang menghabiskan stok," kata Edison.

GKU tidak memproduksi popok sendiri. Popok merek Peemo yang dipasarkan merupakan impor dari Malaysia. Selain masalah persaingan pasar yang tak sehat, GKU menghentikan penjualan karena harga modal popok naik. "Impor semakin mahal, sementara penjualan tidak begitu baik, maka kami stop," tambah Edison.

Perlu diketahui, penguasa pasar popok terbesar di Indonesia adalah MamyPoko, yang diproduksi PT Unicharm Indonesia. MamyPoko menguasai penjualan popok bayi dengan pangsa 64,5%. Sementara di dunia, Uni-Charm menduduki peringkat ketiga penjualan produk perawatan bayi dengan pangsa pasar 9,1%.

Terkait dominasi MamyPoko di segmen ritel modern terebut disampaikan Oto Gunasis, Managing Director PT Arkstarindo Artha Makmur yang memiliki produk popok lokal merek Oto. "Peritel suka merek asing dan dikasih karpet merah, kalau kami masuk harus ngemis-ngemis dulu” kata Oto kepada KONTAN.

Menurut Oto, banyak alasan peritel menolak menjual produk mereka. Alasan umum yang menjadi alasan menolak popok lokal adalah, lokasi pajangan ritel yang terbatas. "Setiap ada pemain lokal masuk, pemain besar global langsung kunci dengan cara promosi, blocking tempat, jadi tidak ada tempat di toko. Tidak ada keberpihakan ke produsen lokal," kata Oto.

Selain MamyPoko, Oto menyebutkan sebuah merek besar dari luar negeri yang mendominasi pasar. Dengan kondisi pasar yang tak sehat tersebut, produsen lokal yang tak sanggup bertahan akan berguguran. Asal tahu saja, merek popok Oto telah berhasil masuk ke Carrefour dan Giant.

Selain kalah saing dalam berebutan lapak di ritel modern, Oto bilang, pihaknya kesulitan bersaing dari sisi harga. Agar tak tenggelam, pihaknya menyiasati dengan menyisir pasar menengah ke bawah yang tak dilirik oleh pemain popok besar.

Belum lapor ke KPPU

Menanggapi masalah ini, Mohammad Reza, Kepala Biro Hukum, Hubungan Masyarakat, dan Kerja Sama Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) bilang, pihaknya belum menerima laporan soal persaingan tidak sehat dalam bisnis popok tersebut,

Namun Reza menilai, perilaku perusahaan popok besar bisa bermasalah bila ditemukan niat untuk menghambat persaingan usaha. "Bisa disebut menghambat jika pangsa pasarnya di atas 50%," kata Reza, Rabu (12/10).

Sampai berita ini diturunkan, KONTAN belum berhasil menghubungi PT Unicharm Indonesia, sebagai penguasa pasar terbesar popok. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×