Reporter: Widiyanto Purnomo | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pasar motor gede alias moge kian tergencet. Setelah terkena beban kenaikan pajak penjualan barang mewah (PPnBM), kini pelaku bisnis sepeda motor berukuran mesin jumbo ini harus menerima kenyataan penguatan dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah.
Penguatan nilai dollar ini membuat harga sepeda motor gede yang diimpor ini menjadi lebih mahal. Kondisi ini membuat distributor moge mulai menyusun rencana untuk melakukan penyesuaian harga. PT Mabua Harley Davidson Indonesia (MHD) misalnya, perusahaan ini berencana menaikkan harga jual moge jika dolar AS menembus Rp 13.000 per dollar.
"Jika rupiah terus melemah mungkin ada kenaikan harga," ujar Irvino Edwardly, Sales and Marketing Director PT Mabua Harley Davidson Indonesia, Irvino Edwardly, kepada KONTAN (24/12).
Jika dollar AS tidak menembus Rp 13.000 per dollar, Mabua akan mempertahankan harga. Perlu diketahui, pelemahan rupiah dan kenaikan tarif PPnBM sebesar 125% sejak pertengahan 2014 lalu telah mendongkrak harga sepeda motor gede hingga dua kali lipat.
Irvino bilang, kenaikan harga ini membuat konsumen motor gede kesulitan melakukan pembelian. Tak hanya bagi moge merek Harley Davidson, distributor moge lain juga mengeluhkan kenaikan PPnBM. Maklum, kenaikan tarif PPnBM berlaku bagi sepeda motor di atas 500 cc.
Tengok saja, moge Kawasaki asal Jepang yang juga mengeluhkan kenaikan PPnBM dan penguatan dolar. Namun, soal kenaikan harga, Kawasaki masih melakukan penghitungan. "Kemungkinan naik sesuai atau di bawah kenaikan kurs dollar," kata Michael Candra Thanadi, Deputy Head Sales Promotion PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI).
Adapun pemain moge Suzuki belum berencana menaikkan harga dalam waktu dekat ini. Mereka memprediksi tekanan rupiah saat ini hanya jangka pendek dan belum bisa dijadikan acuan naik harga. "Untuk jangkang panjang, ada kemungkinan naik," kata Yohan Yahya GM Marketing Suzuki 2 Wheels Suzuki Indomobil Sales (SIS).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News