kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar properti perkantoran di Jakarta diramal baru bisa bangkit pada 2022


Rabu, 07 Oktober 2020 / 20:32 WIB
Pasar properti perkantoran di Jakarta diramal baru bisa bangkit pada 2022
ILUSTRASI. Deretan gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (26/9/2020). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/hp.


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsultan properti Colliers International Indonesia memprediksi kondisi pasar properti perkantoran Jakarta bisa kembali normal pada 2022.

Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto, menyebutkan hal ini dikarenakan situasi perekonomian tahun ini masih belum terlalu aman untuk sektor tersebut. "Masih perlu waktu untuk bisnis perkantoran untuk bisa kembali normal lagi," kata dia dalam diskusi dan pemaparan properti kuartal III yang berlangsung virtual, Rabu (7/10).

Ferry menambahkan, hal itu terlihat dari tingkat permintaan ruang perkantoran yang lebih rendah dibandingkan proyeksi yang ada sebelumnya akibat pandemi, serta perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: Colliers: Tak ada proyek perkantoran di Jakarta yang mangkrak sepanjang kuartal III

Ferry berpendapat, keberadaan vaksin COVID-19 akan membantu pemulihan ekonomi yang akan diiring dengan kondisi booming properti pada tahun selanjutnya. "Pertengahan 2021 kemungkinan akan menjadi sign (pertanda) apakah properti itu bergerak membaik atau tidak dan hasilnya baru akan bisa dilihat pada 2022," lanjut dia.

Ferry menambahkan, sepanjang kuartal III 2020 tidak ada pasokan baru baik di CBD (central business district/kawasan sentra bisnis) maupun di luar CBD.

Berdasarkan data Colliers International Indonesia, proyeksi pasok kumulatif di Jakarta saat ini tercatat sebanyak 10,3 juta meter persegi, dengan 6,9 juta meter persegi atau sekitar 66% terletak di CBD. Selain itu, jumlah ruang kantor di Jakarta yang belum terserap tercatat ada sebanyak 1,9 juta meter persegi, di mana 68% dipasok di CBD.

Dengan kondisi demikian, lanjutnya, maka semakin banyaknya tambahan pasok gedung perkantoran ke depannya akan semakin memberikan tekanan kepada tingkat hunian di wilayah ibu kota pada 2021.

Baca Juga: Pengembang apresiasi perluasan kepemilikan WNA atas apartemen di UU Cipta Kerja

Sebelumnya perusahaan konsultan properti Knight Frank Indonesia mengungkapkan pandemi covid-19 telah menyebabkan tingkat hunian atau okupansi perkantoran di Jakarta turun tipis dari okupansi semester II 2019 sebesar 76% menjadi 75,9% pada semester I 2020.

Senior Advisor Research Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat menuturkan tingkat kekosongan ruang perkantoran Jakarta mencapai 24,1% dan ada serapan 81.699 meter persegi jumlah ruang pada periode ini. "Dari tingkat hunian, seperti yang bisa diprediksi turun menjadi 75,9%. Hal ini juga diikuti harga sewa yang cenderung turun dan berada di bawah tekanan di semua grade (kelas) yang ada," tutup dia.

Selanjutnya: Peluang emiten konstruksi setelah omnibus law disahkan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×