kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pasca harga gas turun, kapasitas produksi keramik berpeluang meningkat


Rabu, 15 Januari 2020 / 19:28 WIB
Pasca harga gas turun, kapasitas produksi keramik berpeluang meningkat
ILUSTRASI. ARNA targetkan Utilisasi Plant Mendekati 100% Hingga Akhir Tahun


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri keramik diketahui menggunakan gas dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup besar. Penurunan harga gas industri yang direncanakan pemerintah pada Maret 2020 nanti diyakini bakal merangsang kapasitas pabrik-pabrik lokal yang sempat menyusut.

Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menyebutkan bahwa penurunan harga gas sudah sangat urgen di mana hal tersebut merupakan implementasi Perpres yang sudah diterbitkan beberapa tahun lalu. Porsi biaya energi gas di dalam proses produksi keramik bisa berkisar 30%-35% dari total biaya produksi.

"Harga gas yang berdaya saing tentu akan langsung meningkatkan daya saing industri keramik nasional," ujar Edy Suyanto, Ketua Umum Asaki kepada Kontan.co.id, Rabu (15/1). Sehingga keramik lokal bisa bersaing menghadapi gempuran produk impor.

Baca Juga: Siapkan Capex Rp 165 Miliar, Arwana (ARNA) Masih akan Ekspansi

Serta harga gas yang kompetitif ini bakal jadi peluang industri untuk meningkatkan ekspor terutama ke Filipina, Taiwan, Korsel, Australia dan negara tetangga Asean lainnya. Oleh karena itu Asaki melihat ada harapan tingkat utilisasi keramik nasional yang saat ini masih di bawah 70% dapat naik secara bertahap.

"Kembali dalam waktu yang tidak lama ke 90% seperti di tahun 2012-2013, pemulihan tingkat utilisasi secara tidak langsung akan menyerap jumlah tenaga kerja baru," terang Edy yang juga menjabat sebagai Direktur PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA).

Sebagai produsen keramik, ARNA diketahui bakal ekspansif di tahun ini dengan menganggarkan belanja modal Rp 165 miliar untuk menambah lini produksi di pabrikannya.

Setelah harga gas turun, Edy menilai perlu penerapan safeguard kembali untuk mengantisipasi keramik impor. Menurut Asaki angka impor keramik tahun 2019 diestimasikan hanya turun sekitar 20% dibanding tahun 2018.

Artinya safeguard yang mulai berlaku di bulan Oktober tahun 2018 lalu tidak terlalu signifikan menekan angka impor keramik dari China,India dan Vietnam.

Baca Juga: Arwana Citramulia (ARNA) menyiapkan capex Rp 165 miliar tahun ini

"Untuk itu Asaki juga mengharapkan penerapan Tindakan Pengamanan atau Safeguard non tariff yaitu penetapan kebijakan tata niaga untuk pengaturan import keramik menjadi sangat mendesak," sebut Edy.

Penurunan harga gas juga disambut positif produsen keramik, PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK). Di mana hal tersebut akan semakin menguatkan produk keramik lokal.

Juli Berliana, Direktur CAKK mengatakan pelaku industri pasti menyambut baik penurunan harga gas. "Karena akan menurunkan biaya produksi sehingga akan lebih bersaing terhadap gempuran produk impor," katanya kepada Kontan.co.id.

Perseroan sebelumnya diketahui bakal menggelontorkan belanja modal senilai Rp 70 miliar di tahun ini, di mana sekitar Rp 40 miliar - Rp 45 miliar di antaranya untuk investasi baru. Sedangkan sisanya untuk keperluan maintenance dan pembangunan gudang baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×